SURABAYA, SERIKATNASIONAL.ID | Hari Kesaktian Pancasila diperingati setiap 1 Oktober, yang berakar dari peristiwa G30S pada tahun 1965. Pada masa Orde Baru, Soeharto menetapkan hari ini sebagai simbol kemenangan ideologi Pancasila atas ancaman komunisme1. Namun, beberapa sejarawan dan kritikus berpendapat bahwa penetapan ini lebih merupakan upaya politik untuk memperkuat legitimasi rezim Orde Baru dan menghilangkan pengaruh Sukarno.
Pihak-pihak yang pro terhadap orde baru menyebutkan bahwa kesakitan Pancasila adalah penguatan identitas nasional, hal itu dijadikan sebagai Peringatan Hari Kesaktian Pancasila dianggap penting untuk memperkuat identitas nasional dan mengingatkan masyarakat akan pentingnya Pancasila sebagai dasar negara.
Bahkan ironisnya benyak orang Hari Kesakitan Pancasila adalah Pendidikan Sejarah, melalui peringatan ini generasi muda diingatkan akan sejarah kelam bangsa dan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan.
Menanggapi ada simpang siur pemahaman yang selama ini terjadi, Sekretaris GMNI Jawa Timur Robi Nurrahman memberikan pemahaman berbeda. Ia menjelaskan bahwa Kesaktian Pancasil hanya akal-akalan orde batu dan manipulasi sejarah.
"memang manipulasi sejarah, Orde Baru menggunakan Hari Kesaktian Pancasila untuk mengaburkan sejarah Gestok dan mengarahkan narasi sesuai kepentingan politik mereka dengan Hari Kesaktian Pancasila," jelasnya.
Lebih lanjut Eks. Ketua GMNI Sumenep iyu menjelaskan bahwa diperingati Hari Kesakitan Pancasila adala bentuk Desukarnoisasi, dan juga menghilangkan fakta tentang Gestok dan memilih Gestapu/G30S untuk dikampanyekan.
"Penetapan ini juga dianggap sebagai bagian dari upaya desukarnoisasi, yaitu menghapus pengaruh Sukarno dan menggantinya dengan ideologi yang lebih sesuai dengan kepentingan Orde Baru." Pungkasnya.
Meskipun Hari Kesaktian Pancasila dinilai penting dalam memperkuat ideologi negara, tidak bisa dipungkiri bahwa ada elemen politis di balik penetapannya pada masa Orde Baru. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami sejarah secara kritis dan objektif, serta menghargai nilai-nilai Pancasila tanpa terjebak dalam manipulasi politik masa lalu bahwa Pancasila hanyalah falsafah negara ada karena digali bukan karena sakti. (***)