Oleh : Muhammad Sahli Hamid
Serikatnasional.id|Beberapa waktu yang lalu di kegiatan NGOPI BEM yang diprakarsai Bem dan Annajmah Center STIDAR, saya melontarkan istilah "restorasi" yang arti akrabnya adalah "memperbaiki atau menata kembali" yang dikaitkan dengan kata "peradaban." Mungkin banyak yang sangsi dan bertanya-tanya, mengapa peradaban mesti diperbaiki? Padahal istilah peradaban dalam bahasa Arab "al-hadharoh" dan dalam bahasa Inggris "civilization" yang berarti tingkat perkembangan kemajuan yang tinggi.
Secara bahasa, peradaban atau “civilation" adalah penduduk yang memiliki kemajuan dan lebih baik. Masyarakat pemilik kebudayaan tersebut sudah pasti memiliki peradaban yang tinggi.
Dikutip dari buku Pengantar Antropologi: Sebuah Ikhtisar Mengenal Antropologi oleh Gunsu Nurmansyah dkk (2012:100-101), peradaban secara umum adalah bagian dari kebudayaan.
Sementara menurut Arnold Toynbee dalam buku The Disintegrations of Civilization (1965:1355), peradaban adalah kebudayaan yang telah mencapai taraf perkembangan teknologi yang sudah lebih tinggi.
Dalam bahasa Belanda, peradaban disebut “bescahaving" dan dalam bahasa Inggris disebut “civilization". Sedangkan, dalam bahasa Jerman “Die Zivilsation". Asal kata “civilization" dalam bahasa latin adalah “civilis" yang berarti sipil, berhubungan dengan kata “civis" (penduduk) dan “civitas" (kota).
Peradaban adalah seluruh hasil budi daya manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan, baik fisik (bangunan, jalan) maupun non-fisik (nilai-nilai, tatanan). Masyarakat yang maju dalam kebudayaan tertentu berarti memiliki peradaban yang tinggi.
Peradaban memiliki ciri-ciri dan karakteristik untuk memperjelas dan membedakannya dengan kebudayaan. Sebab, peradaban dan kebudayaan merupakan hal berbeda. Setiap masyarakat memiliki peradabannya sendiri dan ditandai dengan kehidupan yang nyaman. Selain itu, peradaban memiliki wujud moral, norma, etika, dan estetik.
Pengertian lain menyebutkan, peradaban adalah seluruh hasil budi daya manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan baik fisik (bangunan, jalan) maupun non-fisik (nilai-nilai, tatanan).
Antropolog Koentjaraningrat mengatakan, peradaban adalah bagian-bagian yang halus dan indah seperti seni. Masyarakat yang telah maju dalam kebudayaan tertentu berarti memiliki peradaban yang tinggi.
Istilah peradaban dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian terhadap perkembangan kebudayaan. Pada waktu kebudayaan mencapai puncak perkembangannya, unsur-unsur budaya bersifat halus, indah, tinggi, sopan, dan luhur. Masyarakat pemilik kebudayaan dikatakan memiliki peradaban tinggi.
Ciri-ciri Peradaban
Secara harfiah, peradaban berasal dari kata “adab" yang berarti akhlak, yaitu kesopanan budi pekerti. Peradaban merupakan tahapan kebudayaan tertentu yang bercirikan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan lain-lain.
Setiap masyarakat memiliki peradabannya sendiri dan ditandai dengan kehidupan yang nyaman. Ciri-ciri peradaban membantu dalam membedakan peradaban dan kebudayaan. Adapaun ciri-ciri kebudayaan secara umum sebagai berikut :
1. Pembangunan kota baru dengan tata ruang baik dan indah.
2. Sistem pemerintahan yang tertib (adanya hukum dan peraturan).
3. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Strata Sosial yang kompleks dan bermacamnya perkerjaan (keahlian) masyarakat.
Wujud Peradaban
Dikutip dari buku Manusia dan Sejarah : Sebuah Tinjauan Filosofis oleh Yulia Siska (2015:62), menurut Koentjaraningrat wujud peradaban sebagai berikut :
1. Moral adalah nilai-nilai yang berhubungan dengan kesusilaan dalam masyarakat.
2. Norma adalah aturan, ukuran, atau pedoman untuk menentukan benar, salah, baik, dan buruk sesuatu.
3. Etika merupakan nilai-nilai norma moral atau sopan santun dalam mengatur tingkah laku manusia.
4. Estetik adalah keindahan yang mencakup kesatuan “unity", keselarasan “balance" dan kebaikan “contrast" dalam segala sesuatu.
Mengamati dan mencermati dari penjelasan di atas, sebetulnya peradaban tidak perlu diperbaiki, karena masyarakat kita sudah maju, mencapai taraf tinggi dan baik. Tetapi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam masyarakat terdapat beberapa ikutan masalah yang makin kompleks seperti sikap individualistis, rasionalis dan hedonis sehingga "sampah-sampah" teknologi tersebut perlu kita tata dan diperbaiki.
Sejalan dengan pemahaman di atas, APLIKASI (Aktifis Pecinta Lingkungan Asri, Sehat dan Indah) menelorkan istilah "kimia peradaban" yang dapat dimaknai sebagai proses mengubah keadaan yang selama ini tidak baik menjadi baik, dari kurang baik menjadi lebih baik. Sama halnya perubahan dari besi menjadi emas, batu menjadi permata atau lahang menjadi cuka dll.
Salahsatu isu yang dibangun dan diusung adalah masalah lingkungan yang saat ini berada pada posisi kritis dan memprihatinkan. Kita mencoba sadar lingkungan (darling) dengan menghidupkan kimia dalam diri kita melalui serangkaian program seperti:
1. Kebersihan Rabu Jumat (KERAMAT)
2. Santri Raudlatul Iman Menanam (SIRAMAN)
3. Pemulung Sampah Kreatif (PSK)
4. Halaqah Rabu Barokah (Harkah)
5. Taman Pengelolaan Sampah (TPS)
6. Pengadaan Curah Air Halaman (PANCURAN)
7. Taman Anak Santri Raudlatul Iman (ASRI) dan beberapa agenda lainnya.
Dengan green spirit yang diusung yaitu mewujudkan lingkungan MORNANG : _morka' raddhin nyonar ngornyang_ dalam pengertian yang luas. Salahsatu green spirit itu adalah kedisiplinan, penghargaan, keakraban, cinta kasih, kepedulian, kesungguhan dll sebagai instrumen kemanusiaan yang hakiki.
Insya Allah dengan kerjasama (team work) dan istiqomah, green boarding school, green house dan green village akan dapat kita wujudkan bersama dalam bimbingan dan ridha Allah SWT. Itulah sebetulnya yang dimaksud dengan Restorasi dan Kimia Peradaban ala Raudlatul Iman. Wallahu a'lam. 🙏
23 Juli 2021