Karya: Muhammad Sahli
Desaku separuh nafasku terekam disini
Menghirup udara menikmati pagi
Sambil menghirup rokok dan secangkir kopi
Burung-burung terbang ria sambil bernyanyi
Bila aku tak pulang ada rindu yang terhalang
Alamatku tetap di sini
Seperti hatiku juga yang tak pernah pergi
Walau musim selalu berganti
Desaku tanah kelahiranku
Tempat aku memijakkan kaki tetap tegak berdiri
Langit sudah mulai senja
Pertanda malam segera tiba
Ingin sekali membuka lembaran saat dulu masuk waktu maghrib tiba
Anak-anak berangkat mengaji ke langgar dan musholla
Mereka mengeja a-ba-ta-tsa sampai larut malam sehabis isya'
Lalu belajar sholat dan merapatkan barisan
Habis sholat berjamaah bersama kyai
Para santri main petak umpet dan tembak-tembakan
Tak ada santri yang pulang mereka bermalam
Tidur bersama menyiapkan diri agar bisa bangun tak kesiangan
Kini desaku dipenuhi jalan beraspal
Kendaraan lalu lalang dan bunyi knalpot mengasapi orang-orang yang dirundung sesal
Sepeda pancal dan anak-anak yang lapar
Makin asing tak terdengar
Lampu-lampu penerang di rumah-rumah seperti mengular
Antena televisi dan hp android menjadi kiblat baru
Permainan pan sampanan, pesapean, ling giling ta'al telah punah
Aku berharap engkau tetap ramah
Walaupun burung-burung enggan singgah
Lantaran pepohonan banyak yang punah
Sawah-sawah tak lagi tersisa tanaman singkong, ubi jalar, kecipir, karato' dan talas
Hanya deretan padi dan di tebingnya sesekali dijejali pohon maronggih
Bambu, pohon kelapa, pohon pisang banyak ditebangi
Berganti budidaya berteknologi
Sapi piaraan semakin langka
Karena kandang berubah garasi inova
Desaku tanah kelahiranku
Aku rindu terlelap dalam pangkuanmu
Walau engkau semakin maju
Karena penduduknya banyak bergelar strata satu
19 Agustus 2021