Makassar, SerikatNasional.id | Pembangunan destinasi wisata di Taman Nasional Komodo (TNK) Labuan Bajo kian masif dilakukan oleh pemerintah pusat, pariwisata yang dikemas super premium ini menuai penolakan dari berbagai kalangan, baik masyarakat disekitar TNK, pegiat lingkungan, pelaku wisata, maupun mahasiswa.
Salah satu organisasi kemahasiswaan, Aliansi Mahasiswa Manggarai Barat (AMMAB-MAKASSAR) gelar Diskusi dan Nobar Film 'ATA MODO' yang bertajuk "Polemik Pembangunan Sarana dan Prasarana di Kawasan Taman Nasional Komodo Sebagai Zona Investasi dan Bukan Konservasi". Diskusi tersebut berlangsung selama 4 Jam di Figor Coffe, Jl. Abd.Daeng Sirua Kota Makassar, Sulawesi Selatan pada Rabu, 08 September 2021.
Diskusi dan Nobar Film tersebut diikuti oleh lima penanggap, diantaranya adalah, Albertus George, S.H (Eksponen Reformasi 1998), Syaiban Sartono Leki , S.H (Demisioner Sekum Presma Alor), Abisheka (Mahasiswa Flotim), Robert Dacing (Sekjend Forum Pemuda Manggarai Makassar), Inovasius Minggu (Ketua AMMAB-MAKASSAR).
Dilansir dari media nusaline.com, Salah satu penanggap (Albertus George, S.H) mengatakan, Dari beberapa agenda reformasi yang masih belum di selesaikan oleh rezim yang berkuasa sekarang ini adalah kebijakan reformasi agraria.
“Tujuan reformasi agraria adalah berorientasi kepada, Perlindungan Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan Hidup, Jaminan Hak Asasi Manusia, Keadilan Ekologi, Penegakan Hukum dan Pemberian Sanksi Hukum,” kata Albertus.
Lanjutnya, kemudian pada kondisi sekarang ini setelah reformasi cukup banyak konflik agraria yang terjadi dikarenakan pemangku kekuasaan yaitu rezim yang berkuasa belum menjadikan “reform agraria” sebagai agenda yang direalisasikan secara nyata dan kongkrit.
“Kemudian ada simbiosis mutualisme diantara kekuasaan penyelanggara pemerintah dengan corporasi sebagai pemilik modal untuk kepentingan kapitalis yang merugikan rakyat dan mengeksploitasi lingkungan hidup,“ ujar Albertus.
Ini bukan salah reformasi tetapi kekuasaan yang ada di pemerintahan masih terdapat sisa sisa orde baru dan kelompok politisi yang tidak konsisten melaksanakan agenda reformasi salah satunya reformasi agraria dengan beberapa agenda reformasi yang lain.
“Korelasi dengan membangun pergerakan adalah bukan sekedar aksi dan aksi tetapi tidak ada keberhasilan di dalam pergerakan karena pergerakan mahasiswa di lakukan hanya sekedar aksi tetapi tidak dilakukan dengan membangun pergerakan yang berkualitas yaitu memegang prinsip loyalitas, militansi, jujur, transparan dan konsistensi untuk melakukan advokasi serta aksi pergerakan jadi bukan sekedar aksi dan aksi,“ jelasnya.
Tidak hanya itu, Albertus juga mengatakan bahwa solusi untuk relokasi dan penutupan cagar alam pulau Komodo adalah membuat kebijakan untuk menghentikan relokasi dan membatalkan penutupan pulau Komodo dan cabut perizinan investor yang akan berinvestasi di pulau Komodo.
“Secara esensial ada beberapa cara dengan menambah pendapatan negara dan daerah yaitu dengan memajukan BUMN dan membangun ekonomi kreatif kepada masyarakat di pulau Komodo tidak harus bergantung kepada investor yang berdampak kepada kerusakan lingkungan hidup dan berdampak kepada pelanggaran Hak Asasi Manusia,” tutup Albertus.
Konfirmasi terpisah, melalui media ini via WA (10/09/21) pembina AMMAB-MAKASSAR (Odang Sanjaya) menjelaskan bahwa, Ruang diskusi yang di bangun oleh Aliansi Mahasisswa Manggarai Barat - Makassar terkait persoalan di Pulau Komodo merupakan ekspresi kepedulian mereka terhadap eksistensi habitat binatang unik itu.
"Pembangun sarana dan prasarana yang digenjot oleh pemerintah pusat melalui perizinan pemprov NTT yang diberikan kepada 3 PT sebagai pengantong izin sangat berbahaya bagi keberadaan wilayah konservasi itu," tuturnya.
"Oleh karena itu, sebagai pemuda Manggarai Barat yang menghimpun diri dalam wadah Aliansai Mahasisawa Manggarai Barat Makassar ini membuka ruang diskusi kepada segenap aktivis NTT yang ada di kota Makasasar untuk bersama sama membahas dan mencari soluasi bersama guna merumuskan strategi dan formulasi advoksi yang masif," tutup Odang.
Diketahui, pada saat Diskusi dan Nobar Film 'ATA MODO' tampak hadir Organisasi Daerah (Organda) skala Propinsi NTT. Organda tersebut diantaranya adalah, Persatuan Mahasiswa Alor, Persatuan Mahasiswa Kec. Reok dan Reok Barat Makassar, Forum Pemuda Manggarai Makassar, dan Organisasi pergerakan di kota Makassar yaitu Gerakan Revolusi Demokratik (GRD).(Robert Dacing)