Iklan

https://www.serikatnasional.id/2024/10/blog-post.html

Iklan

,

Iklan

Peringatan Sumpah Pemuda, DPC PA GMNI Sumbawa Gelar Webinar Dialektika Pemikiran Keislaman Bung Karno

SerikatNasional
29 Okt 2021, 13:56 WIB Last Updated 2021-10-30T01:34:19Z

 

H. Abidin Fikri, S.H.,M.H, anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan


Sumbawa Besar-SerikatNasional.id | Dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-93 tahun, Dewan Pengurus Cabang (DPC) Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPC PA GMNI) Kabupaten Sumbawa melaksanakan webinar bertema “Dialetika Pemikiran Soekarno Muda Terhadap Islam dan Kebangsaan” yang digelar Kamis, (28/10).



Webinar yang diawali oleh keynote speaker H. Abidin Fikri, S.H.,M.H, anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan yang juga merupakan alumni GMNI. Dalam sambutannya, Abidin menjelaskan tentang buah-buah pemikiran Bung Karno yang banyak didapat melalui berguru dengan Dr. Tjipto Mangunkusumo. 



“Dr. Tjip memegang bahu Bung Karno dan berkata Ingat, No. Nasionalisme bukan Pan Islamisme, kata Tjip sambil menepuk-nepuk bahu Sukarno. Bung Karno saat itu baru saja mendirikan Partai Nasional Indonesia,” ungkap Abidin.



Menurut Abidin, Bung Karno mencintai sosialisme karena ia mencintai Islam, tapi tetap pada posisi nasionalisme bukan pan islamisme. 



“Mencintai Islam dengan konsep nasionalisme menuntun kepada  Islam yang berkemajuan,” tegas Abidin. 




Selain itu fakta hubungan Bung Karno dengan Islam, menurut Abidin sangat erat, hal ini dapat dilihat melalui peran Bung Karno ketika Konferensi Islam Asia Afrika pada Maret 1965. 



“Konferensi ini bertujuan untuk menyatukan Islam di Asia dan Afrika serta memelihara perdamaian dunia. Ini adalah salah satu kontribusi besar Bung Karno dalam Islam,” ungkap Abidin. 



Selain itu Narasumber, Abdul Haris selaku Ketua PC GP Anshor Kab. Sumbawa; mengamini kontribusi Bung Karno tersebut. 



Ia mengatakan sejak tahun 1916 Bung Karno mulai agamis karena banyak belajar bersama HOS Tjokroaminoto ketika mondok di rumahnya di Surabaya.





“Banyak tokoh Islam sebagai guru Bung Karno untuk memahami Islam, ada juga di BPUPKI yang dari 62 anggota, 15 orang adalah dari Nahdlatul Ulama (NU), salah satunya KH Wahid Hasyim,” ungkapnya. 



Tidak hanya dengan NU, Ubaidullah,S.Pd, M.Pd, Ketua PD Pemuda Muhammadiyah Kab. Sumbawa mengungkapkan kedekatan Bung Karno dengan organisasi Islam tertua di Indonesia ini. 



“Di Bengkulu, Bung Karno sangat dekat dengan Muhamadiyah. Ia berguru kepada KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhamadiyah Kedekatan dan interaksinya dengan Muhamadiyah membuat Bung Karno bergabung ke Muhammadiyah, sebagaimana yang diungkap Prof Haedar Nasir bahwa Bung Karno masuk Muhamadiyah karena sesuai dengan alam pikirnya yang menghadirkan Islam Progresif atau Islam berkemajuan,” ungkapnya. 





Bahkan, tambah Ubai, Bung Karno mempersunting salah satu anak dari tokoh penting Muhamadiyah yaitu Fatmawati Soekarno. 



“Saya sangat bersyukur atas konsistensi Bung Karno dalam menerepkan nilai-nilai Islam berkemajuan. Tugas kita saat ini adalah bagaimana merawat nila dan pemikiran tentang Islam dan kebangsaan,” tegasnya. 



Ia juga mengungkapkan tentang peran strategis Muhammadiyah hingga saat ini dalam pendidikan di Indonesia. 



Dalam peringatan ke-93 tahun Sumpah Pemuda ini, dosen Universitas Samawa, Sumbawa Besar ini berharap anak muda untuk kembali merefleksikan tingkat belajar dan wawasan ilmu pengetahuan anak muda dengan meningkatkan kembali taraf belajar. 



Hal ini turut diamini oleh Chairul Hudaya,Ph.D, Rektor Universitas Teknologi Sumbawa, ia berharap pendidikan di Indonesia terus bertambah maju dan meningkat lebih baik. Ia juga sangat mengapresiasi program Kampus Merdeka oleh Kemendikbud. 



“Kemendikbud punya program Kampus Merdeka yang memberikan kesempatan begitu luas untuk meraih pendidikan dimana saja, bahkan diluar kampus. Dalam hal ini saya teringat pada pemikiran Bung Karno yang visioner,” ungkapnya. 



Chairul yang lulusan Ph.D dari University of Science and Technology, Korea Institute of Science and Technology ini berharap agar mahasiswa sebagai agent of change harus diberi panggung untuk bergabung secara langsung di masyarakat. Kampus yang ia pimpin telah banyak bekerja sama dengan SD, SMP hingga SMA. 



“Kami juga menerapkan konsep Berdikari yang digagas oleh Bung Karno, Kami membuat motor listrik made in Sumbawa, totalnya sudah ada lebih dari 100 produk,” ungkap Chairul. 



Ia juga menekankan tentang digitalisasi dan revolusi industri 4.0. 



Menurutnya mahasiswa harus mampu menangkal berbagai hoax sehingga tidak mudah terpapar berita negatif.



 “Era demokrasi setiap orang bisa berbicara apa saja, namun kita tetap harus menangkal hoax yang justru dapat merugikan kita sendiri. Harus pandai-pandai menyebarkan berita dan jangan mudah terprovokasi. Seorang anak muda atau mahasiswa tentunya memiliki keaktifan dalam berpikir dan memiliki jiwa idealisme,” pungkasnya.



Webinar yang diawali dengan acara pembukaan; laporan ketua panitia oleh ketua DPC PA GMNI Sumbawa, Firmansyah, S.Pd, sambutan ketua DPD PA GMNI NTB, Maspanji Satriawangsa,SH dan Sambutan ketua DPRD Sumbawa, Abdul Rafik SH yang membuka kegiatan secara resmi. 



Dimoderatori oleh Amilan Hatta, webinar ini mendapatkan antusiasme  tinggi dari 156 peserta webinar yang berasal dari  kalangan nasionalis, NU, Muhammadiyah, juga dari mahasiswa di NTB yang hadir secara virtual, melalui dialog interaktif di akhir acara. (Sulhamran)