Mengenang Sirah Kanjeng Nabi dan Jejak Ghirah Kaum Santri
Wahai Nabi salam untukmu
Wahai Rasul salam untukmu
Wahai Kekasih salam untukmu
Sholawatullah hanya untukmu
Mengurai jejak Sang Nabi Agung
Menelusuri langkah Sang Rasul Panutan
Mengikuti perjalanan hidup Sang Kekasih Teladan
Ada ribuan kisah yang penuh warna tak terbaca
Sang uswah hasanah yang terus bergairah dalam berdakwah
Tak pernah terpikir diri sendiri
Apalagi keluarga anak dan isteri
Hanya berkhidmad untuk umat
Yang terus tersenyum meski dihujat
Yang tak tega melihat himpitan derita umatnya
Sampai budak jelata ditampung dalam luas dadanya
Pribadi sempurna yang mudah cemburu jika ajaran Tuhan dipermainkan
Kemudian berubah lembut ketika urusan kemanusiaan
Cintanya yang sempurna terkadang meleleh menggenangi trotoar peradaban
Seseorang yang telah mengajak ribuan Abu Bakar dan jutaan Umar
Jatuh dalam pelukannya
Yang menempa milyaran pemuda Usman dan Ali
Menjadi selembut sutera dan sekeras baja
Akhlaq budi yang semerbak mengharumkan segenap penjuru negeri
Profil manusia lengkap jujur dan sederhana penuh wibawa
Pergi berwirausaha ke negeri Syam
Telah meluluhkan hati siapapun yang memandangnya
Hingga Khadijah yang hartawan
Teramat mudah jatuh cinta
Terpesona oleh keluhuran budinya
Tersihir oleh indah kedua bola matanya
Yang mengalirkan percikan mata air surga
Aisyah yang usianya jauh terpaut lebih muda
Terpaku oleh sungging senyum manisnya
Tetap setia mendampinginya sampai ajal menjemputnya
Seorang anak yatim yang mengajarkan kesalehan dan kezuhudan
Pergi mengembala domba
Diasuh kakek kemudian pamannya
Diejek kaum kerabatnya karena menunjukkan jalan kebenaran
Meski di dahinya yang mulya bercucuran darah dihantam batu kedengkian
Walau giginya patah dihajar keegoan
Ia tetap bernyanyi melantunkan doa-doa suci
Kelahirannya yang dirayakan dan diagungkan
Pepohonan tunduk sujud di depannya
Langit dan bumi bersitegang memperebutkannya
Pohon kurma dan kawanan onta riang gembira
Sang Burraq pun begitu merindukannya
Raja Abrahah dan pasukan bergajah luluh lantak di tanah kelahirannya
Kehadirannya ibarat purnama yang menerangi gelapnya semesta
Matahari menjadi redup dan suram lantaran binar wajahnya
Saat kepergiannya orang-orang di sekelilingnya seperti tak percaya
Mereka kehilangan junjungannya
Teramat berat untuk menerima
Tapi ketentuan Allah telah tertulis di Arasy-Nya
Abu Jahal dan Abu Lahab pun tersihir terkesima oleh pesona budi pekertinya
Mereka dan pengikutnya terpana dengan tatapan ketulusannya
Namun dengki dan kebencian telah melumpuhkannya
Iri dan kesombongan telah menutup pintu hatinya
Menaklukkan sikap kejujurannya
Tapak-tapak kakinya yang suci
Membekas jelas tanpa batas
Keringatnya yang semerbak sewangi kesturi
Mengharumkan ruang-ruang yang becek
Sampai kini generasi terus tumbuh di bumi pertiwi
Mereka dilahirkan dari rahim yang benihnya memancarkan kebeningan
Sungguh pemandangan dan lukisan yang nyata mengesankan
Marhaban oh cahaya jiwa
Marhaban kakek husaini
Marhaban ahlan wasahlan
Marhaban oh elok sebutan
Duhai Sang pemilik pribadi yang menjadi sandaran setiap orang yang kebingungan
Tanah ini yang dipenuhi bau amis perebutan kedudukan
Telah engkau oles dengan harumnya kesederhanaan
Sampai Bilal menangis sesenggukan menyaksikan Engkau tertidur di atas pelepah kurma tanpa secarik kain
Untuk melindungi kulitmu yang harum mengulum
Perjuangan dan pengorbanan untuk tegaknya kebenaran dari kekasih pujaan
Telah diamini para kiai dan santri yang tak pernah lengang
Bukan sekedar asyik latah kemudian menghilang
Yang terpenting hidup memberikan kemanfaatan
Mereka hadir menapaki jalan yang ditumbuhi duri
Hatinya telah disepuh dengan baja
Wajahnya terus terpanggang kehangatan
Ridha ilahi berlumur lelah lebih utama dipilih
Daripada sekedar memperbesar perut sendiri
Mereka hanya butuh rindu Tuhannya
Bukan pujian orang-orang sekelilingnya
Seorang lelaki yang dididik Malaikat Jibril terus diusir dari kampung halamannya
Harus menahan rindu yang dalam
Karena pasukan musyrikin terus mengancam
Perang haibar, perang uhud, khandaq dan badar
Demi tegaknya kejayaan Islam
Meski harus terpaksa melakukan perjanjian dan boikot berkepanjangan
Pengikutmu terus membela ketika ajaran Tuhan tak lagi diindahkan
Perang padri, diponegoro dan perang di madura yang dikawal kaum santri
Mereka dikejar-kejar bahkan diusir dari kampungnya sendiri
Kehormatan agama diinjak-injak sebagai mainan
Maka puncaknya, kemudian mereka berkumpul mengeluarkan resolusi jihad
Menentang setiap kedzaliman
Mengusir segala bentuk kesewenang-wenangan
Dua puluh dua Oktober ulama se-Nusantara
Surabaya bergetar
Indonesia menggelegar
Madura berdebar
Lalu meletus perang Sepuluh Nopember
Adalah bukti cinta mereka pada negeri
Sebagai warisan petuah Sang Pujaan hati
Rasulullah Kanjeng Nabi Kekasih Ilahi
Tak ada sesuatu yang bisa menyenangkanmu
Kecuali mengikuti jejak dan tapak sucimu
Ya Rasulullah, salam sejahtera untukmu
Kini jejak ghirahmu amat kemilau mendulang semesta
19-22 Oktober 2021