Ada yang bertanya tentang makna peradaban
Lalu kujawab begini lewat bait-bait puisi :
Peradaban itu menebar sifat-sifat Tuhan bukan menguatkan watak syetan
Peradaban itu menghidupkan bukan mematikan
Peradaban itu menghargai bukan membulli
Peradaban itu menjadikan seseorang mulya bukan menghina
Peradaban itu memberdayakan bukan malah melemahkan
Peradaban itu penuh kepedulian bukan sikap meremehkan
Peradaban itu penuh ketawadhuan bukan sikap keangkuhan
Peradaban itu saling menyayangi bukan menebar benci
Peradaban itu adalah gairah untuk menambah pengetahuan
Bukan menyodorkan masa bodoh dan sok pintar
Peradaban itu mengakui kesalahan dan memaafkan
Bukan mencari-cari kesalahan dan selalu merasa benar
Peradaban adalah kesungguhan untuk sebuah perubahan
Bukan merasa puas tanpa ada peningkatan
Peradaban itu terus belajar memperbaiki kekurangan
Bukan berhenti kemudian tertimbun sampah teknologi
Peradaban itu membangkitkan bukan menjatuhkan
Peradaban itu mengasihi bersolek budi pekerti bukan menyakiti dan caci maki
Peradaban itu berkorban menjadi pejuang lingkungan bukan diam dan merusak menjadi pecundang
Peradaban itu semacam salju yang siap meleleh menggenangi tanah pekarangan
Lalu menghanyutkan setiap kerikil-kerikil yang terpaku dalam diam
Peradaban itu menyuburkan hati dengan rintik-rintik cinta
Bukan menggersangkan karena karatnya nafsu angkara
Peradaban itu membuang jauh kemalasan
Mengganti dengan indahnya ketulusan
Peradaban itu tak ada maksud ingin dipuji
Hanya berbuat menunjukkan bakti
Peradaban itu debar-debar rindu yang melantunkan mesranya cita-cita yang dituju
Bukan terpenjara oleh cerita masa lalu
Peradaban itu tak banyak teori dan janji tapi menunjukkan setumpuk bukti dan prestasi
Peradaban itu tidak banyak menuntut hak tapi lebih suka banyak bertindak
Peradaban itu melakukan kreasi dan terobosan dan mampu menginspirasi banyak orang
Bukan bingung tak punya tujuan menjadi penonton dalam situasi dan keadaan
Peradaban itu sikap betah dengan berbagai masalah
Bukan menghindar mengucap sumpah serapah
Peradaban itu mata yang terbelalak bukan mata yang gagap terdesak
Peradaban itu punya keberanian mengambil resiko bukan mundur kemudian KO
Peradaban itu tersentak bangun dengan tangan mengepal
Bukan dibungkam sial dan terjungkal
Peradaban itu kaki-kaki yang terus berpacu berderap seperti para pembalap
Bukan langkah yang malas lantaran ciut dan gagap
Peradapan itu sejenis bunga yang tumbuh kemudian mekar
Bukan sejenis duri yang menusuk dalam belukar
Peradaban itu diawali pahitnya penderitaan yang akhirnya berubah manisnya kebahagian
Peradaban itu merdeka dan lepas
Bukan terpenjara dalam malas tertindas
Peradaban itu hidup terhormat bukan hidup keparat
Peradaban itu orang-orang yang beradab bukan biadab
Peradaban terus menyemai benih kebaikan meski orang di sekitar tidak mengindahkan
Bukan menabur benih kejelekan untuk balas dendam
Peradaban itu selalu berdoa bukan larut dalam kecewa
Peradaban tak mesti dilakukan orang-orang yang punya nama besar
Peradaban tidak harus dimunculkan oleh mereka yang punya segepok uang
Peradaban milik siapa saja yang masih merasa manusia
Terkadang peradaban lahir dari orang-orang biasa yang memiliki jiwa mulya
Walau hanya berpendidikan ala kadarnya
Sedang hatinya berdandan mahkota
Peradaban adalah cinta Zulaikha yang tak tergerus usia
Peradaban adalah tongkat Musa yang membelah samudera
Peradaban adalah Ismail yang lehernya disiapkan untuk persembahan
Peradaban adalah Adam dan Hawa yang diusir dari surga
Peradaban itu adalah Ibrahim yang mesra dalam bara api
Peradaban adalah Ayyub yang ditinggal sanak keluarga
Peradaban adalah Sulaiman dan Balqis yang mengikat ikrar di atas singgasana
Peradaban adalah Nuh yang berlayar di atas gelombang sambil mengulurkan airmata lantaran puteranya tak ikut dalam rombongannya
Peradaban adalah Isa yang dikejar-kejar pengikutnya
Peradaban adalah Zakariya yang menyelinap di dalam kayu besar yang terancam pembunuhan
Peradaban adalah Yusuf yang tercebur dalam sumur yang makmur
Peradaban adalah Khadijah yang menghabiskan hartanya untuk perjuangan suami tercinta
Peradaban adalah Aisyah yang cekatan mengatur strategi perang
Peradaban adalah Bilal yang hitam legam tertindih batu batu besar namun hatinya putih bersih cemerlang
Peradaban adalah Abu Bakar yang menemani Sang Kekasih dalam Goa meski ular berbisa mengancam jiwanya
Peradaban adalah Sayyidina Hamzah yang terkapar di medan pertempuran
Peradaban adalah Al-Ghazali yang waktunya habis untuk ilmu siang malam
Peradaban adalah Muhammad yang tak ingin ummatnya menderita
Peradaban adalah Hadratussyekh Hasyim Asy'ari yang seluruh hidupnya diabdikan untuk negeri
Peradaban adalah Soekarno Hatta yang mendengungkan Proklamasi 1945
Apakah disebut berperadaban jika waktunya habis untuk menyenangkan diri
Sementara orang lain terseret jauh dalam ruang hampa
Peradaban adalah engkau yang tak merasa engkau
Peradaban adalah jika engkau tak ingin apapun
Kecuali kegilaan yang tak pernah selesai
18 Nopember 2021
Kampung Peradaban