Serupa malam gulita, engkaulah purnama yang menerangi semesta
Serupa pagi, engkaulah embun yang menyejukkan hati
Serupa dingin, engkaulah matahari yang menghangatkan bumi
Seumpama telaga, engkaulah tempat mandi membasuh luka
Semisal bunga, engkaulah yang menyemerbak wangi aroma
Ketika aku tidur, engkau jagakan
Ketika aku lupa, engkau ingatkan
Saat aku terjatuh, engkau bangkitkan
Saat aku lelah, engkau gairahkan
Kala aku manja, engkau suka menggoda
Kala aku lemah, engkau hadir menyentuh pundakku seraya berkata : Tersenyumlah
Guru.....
Engkaulah yang mengajari sampah adalah sampah
Engkau yang memberi tahu mutiara tetaplah mutiara
Meski banyak orang meremehkannya
Engkau juga yang mendekatkan jarak yang jauh
Dan engkau pula yang membuka jalan yang lama terkunci karena lama tak dilewati
Pintu yang tertutup kini terbuka kembali
Engkau suatu ketika berkata :
"Nak, aku tak pernah mengharapkan apa-apa
Sebab aku hanya bangga bila suatu saat engkau beguna bagi sesama, jadikan yang keras menjadi lembut, yang retak berubah kuat, yang menangis bisa tertawa, yang terluka dapat sembuh, yang berbau menjadi harum. Hanya satu yang kupinta saat aku tak lagi di dunia, semerbak doa-doamu menebus gelap kuburku, keringat perjuanganmu basahi gersang peristirahatanku"
Maka wahai guru-guruku
Aku bersaksi bahwa sesungguhnya engkau adalah doa-doaku
Engkaulah mata air inspirasi yang terus basah mengairi tandus puisi-puisiku
Tapak perjalananmu adalah kompas yang menuntunku
Desah nafasmu adalah rinduku
Senyum manismu adalah kamus besar yang terus kubaca
Tatap matamu adalah samudera tak bertepi untuk kuselami
Semoga lewat puisi ini
Engkau makin mesra bersama Sang Bidadari yang begitu lama menanti
Pohon-pohon surga menaungimu menjadi tempat bersandar ribuan orang yang telah engkau tempa dalam pahitnya waktu
Taman kautsar tempat bercanda sampai tak bersisa kecuali cinta
Guru.....
Janganlah jauh-jauh tetaplah di sini sampai pagi
Sampai matahari terbenam di ujung hari
25 Nopember 2021