Jika dekapanku tak lagi bermakna kehangatan
Tidak lagi menjadi tempat ternyaman untuk kau pulang
Tidak masalah bagi ku
Tenang saja
Aku ada bukan untuk mengemis cinta
Bukan untuk dicinta
Bukan pula untuk dinoda
Aku ada
Aku hadir di sekitarmu memastikan setiap detiknya kamu tertawa
Memastikan setiap detiknya lentik matamu
Memastikan riuh suara indah sapamu
Jika ada insan lain yang bisa suguhkan bahagia, melebihi kasih yang aku berikan
Jangan diam dan bungkam
Aku tak pandai mengartikan kebisuan
Tenang saja
Kala itu pula aku tersadar akan tugasku yang usai
Tidak usah pikirkan sedihku
Tidak usah pikirkan bahagiaku
Urus saja bahagiamu
Aku punya cara sendiri untuk bahagiakan diriku
Berikan restu mu
Aku ingin pulang
Aku dan kenanganku
Aku kembali menengadah pada langit biru.
Sembari membisu serta pilu
Aku termenung mengenang kisah itu
Tentang aku dan hidupku dulu
Masa laluku begitu tragis
Penuh kisah kasih yang berakhir tangis
Seperti nasib pengemis
Hidup di pinggir jalan
Oleh harapan aku dikuatkan atas kenyataan
Tak mengapa, ini perkara waktu
Nasib tak selalu berpihak pada kekurangan
Aku percaya pada mimpi
Mimpiku itu membawaku pada kenyataan
Dimana aku terbangun menatap ke luar jendela kamar
Tanpaklah cahaya padaku.
Rasa tak tersembunyi
Teruntukmu yang ku kagumi
Saat ini kutemui mu disini
Bukan sendiri
Bersama hati yang cuci ditemani pikiran jernih
Bulan dan bintang adalah saksi
Dimanan mulut mulai berbunyi
Bukan menebar janji tapi mewakili isi hati
Rasa ini semakin menjadi jadi
Mungkinkah ini reaksi?
Atas kebersamaan yang kita lalui selama ini
Ataukah ini intruksi dari seorang diri?
Tidak. Ini suara hati hingga ku berani hadir disini
Jujur
Cintaku tuk mu tak ingin ku sembunyi
Perlu ku tunjuki pada mu seorang diri
Ini nurani punya arti bukan imajinasi sang ahli.
Karya: Rikardus Boni Filing
(Mahasiswa UNIKA St. Paulus Ruteng Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia)