SUMENEP - Banjari merupakan sebuah kesenian khas islami yang berasal dari Kalimantan. Iramanya yang menghentak dan variatif menjadikan kesenian ini masih banyak digandrungi oleh pemuda-pemudi masa kini. Terbukti banyak pesantren hingga ke masyarakat pedesaan sekalipun sangat menggemari kesenian yang satu ini.
Hal ini bisa dibuktikan dengan syair-syair yang di lantunkan baik berbahasa Arab, berbahasa Indonesia, bahkan berbahasa daerah, syair-syair yang dibawakan adalah syair Islam.
Banjari yang di cetuskan oleh Sayyid Ja'far Bin Sayyid Abdullah Bin Habib Abu Bakar Al Hindi Al Aydarus atau Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (17 Maret 1710 – 3 Oktober 1812) ulama Fikih mazhan Syafi'i yang berasal dari Martapura di Banjar (Kesultanan Banjar), Kalimantan Selatan. Sayyid Ja'far hidup pada masa tahun 1122-1227 hijriyah. Beliau disebut juga Tuan Haji Besar dan mendapat julukan anumerta Datu Kalampaian, karyanya berhasil menjadi candu hingga ke pelosok desa.
Terbukti, seperti yang di jadikan rutinitas kaum santriwati An-Nusyur desa Aeng Panas, Kecamatan Pragaan, Kabupaten setempat, Kamis 3/3/20222.
Setiap hari Kamis, Jam'iyyah ini bergantian di lantunkan ke setiap rumah anggotanya. Dengan para penabuh yang terlatih, lantunan lagu-lagu islami menjadi kenikmatan tersendiri bagi pecintanya.
Keanggotaan dari Jam'iyyah Shalawat Al-Banjari An-nusyur bisa dibilang sudah bisa diterima dilingkungan masyarakat sekitar. Sebab selain santri An-nusyur para emmak-emmak ikut nimbrung mendaftarkan diri sebagai bagian dari keanggotaan.
Jam'iyyah Al-Banjari ini selain acara berkesenian dengan tabuhan islami juga pembacaan surah Yasin Bersama setelah itu adalah acara pamungkas adalah Pembacaan shalawat Barsanji dan ditutup dengan pembacaan doa.
Untuk diketahui Keanggotaan dari Jam'iyyah Al-Banjari Putri An - Nusyur lebih dari seratus anggota yang terhimpun dari Santri, Ustadzah, dan Emmak-emmak. (Ras)