Iklan

https://www.serikatnasional.id/2024/10/blog-post.html

Iklan

,

Iklan

Presiden Rusia Vladimir Putin Meminta Pembayaran Gas Menggunakan Mata Uang Rubel

SerikatNasional
2 Apr 2022, 12:07 WIB Last Updated 2022-04-02T09:53:36Z


Presiden Rusia Vladimir Putin meminta pembayaran gas menggunakan mata uang rubel yang dibeli oleh negara-negara tak bersahabat.


Putin menjalaskan Negara-negara tak bersahabat adalah negara-negara yang menghujani Rusia dengan serangkaian sanksi atas invasi militernya ke Ukraina. Diketahui, negara-negara tersebut adalah AS dan sekutunya, negara-negara di Uni Eropa.


Uni Eropa sendiri merupakan pelanggan gas alam cair Rusia. Saat ini, harga gas di Eropa sudah mahal dengan pasokan yang juga tidak melimpah ruah. Dipastikan kebijakan baru Putin itu akan memperparah krisis energi di benua biru.


"Saya telah memutuskan untuk mengalihkan pembayaran gas alam kita bagi negara-negara yang tidak bersahabat menjadi dalam mata uang rubel Rusia," ujarnya dilansir Reuters, Kamis (24/3).


NPR.org menyebut persyaratan baru pembelian gas Rusia tampaknya bertujuan untuk menopang rubel yang lesu akibat sanksi AS dan negara barat. Buktinya, sesaat setelah Putin mengumumkan kebijakan tersebut, nilai rubel langsung naik terhadap dolar AS dan euro.


Dijelaskan, harga gas alam memang tengah melonjak di Eropa, dimana Rusia menjadi pemasok besar, yakni sekitar 45 persen dari impor gas alam Eropa.


Ketua Institut Energi dan Keuangan di Moskow Marcel Salikhov mengatakan langkah Putin itu sebagai balasan sanksi yang diberikan AS dan negara barat.


"Sulit, mengingat situasi ekonomi saat ini otoritas Rusia tida bisa meninggalkan penjualan minyak dan gas ke negara-negara barat. Anda boleh bilang 'kami (Rusia) tidak mempercayai euro atau dolar AS, tetapi secara ekonomi, uang adalah uang," tutur Salikhov kepada NPR seperti di lansir CNN Indonesia.


Apalagi, Presiden AS Joe Biden mulai melarang impor energi dari Rusia. Negara-negara di Eropa pun mulai mengumumkan rencana serupa, meski masih diwarnai perdebatan, seperti Jerman yang terlalu bergantung dari energi Rusia. Tapi sebagian negara lainnya sepakat membatasi pembelian energi Rusia, seperti Inggris dan Prancis.


Menteri Energi Rusia Alexander Novak, dalam pidatonya di hadapan Duma (legislator Rusia), memperingatkan potensi runtuhnya pasar energi global, dan memprediksi harga energi meroket karena ekspor Rusia yang terhenti. (bir/Cnn Indonesia)