ALOR - Banyak yang belum mengetahui dan mengenal secara umum sejarah dan kebudayaan Dekopira. Kampung kecil yang sarat akan budaya dan Sumber Daya Alam (SDA) ini merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Terletak di Desa Batu, Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, Dekopira mulai dikenal dengan atraksi-atraksi (adat-istiadat) kebudayaan mulai dari Tarian Penjemputan Tamu (Tari Wadi), Tabur Benih, Marang Apa, Tarian Siri Pinang (Menjamu Tamu), Silat Kampung, Rongge, Tari Rotan, Lego-Lego Ritual Makan Baru dan masih banyak lagi atraksi lainnya.
Dekopira sendiri memiliki 3 Kebudayaan, yakni Pertanian, Perkawinan dan Pembangunan yang terus-menerus diwariskan dan dilakukan hingga saat ini.
Disisi Sumber Daya Alam (SDA), Dekopira memiliki sumber mata air yang mengairi 4 kampung yang ada di Desa Batu, yakni Dekopira, Tuabang, Lamahule dan Bakalang yang merupakan Pusat Kota Desa Batu dan Kecamatan Pantar Timur.
Ada juga buah-buahan, seperti Kelapa, Jambu Mente, Kujawas (Jambu Batu), Pisang, Jeruk, Tuak dan Sopi (Minuman Alkohol), Siri Pinang, Kenari, Kemiri dan masih banyak lagi Sumber Daya Alam lainnya.
Di Dekopira ini juga, ada tempat-tempat yang bisa dijadikan spot-spot pemandangan maupun swafoto untuk menikmati alam bebas.
Oleh karena itu, masyarakat Dekopira dan secara umum kita semua sudah sepatutnya memberikan warna baru melalui bidang Kebudayaan, Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan sebagainya untuk dipertunjukkan di tingkat Kabupaten, Propinsi maupun tingkat Pusat.
Telah lama menjadi pergumulan masyarakat Dekopira khususnya masyarakat adat dan anak muda untuk menata kampung ini menjadi sebuah Ikon Destinasi.
Terbaru, melalui Sanggar Wadi Onong Tou Alang Tou Dekopira mengundang seluruh elemen baik dari Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa, RT/RW setempat, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Pemuda, Tokoh Masyarakat, Pegiat Pariwisata, serta Orang Baik untuk menginisiatif adanya Wisata Kampung Budaya Dekopira.
Hal itu terjawab pada rapat yang digelar Sanggar Wadi Onong Tou Alang Tou Dekopira, Minggu 10 April 2022 di Dekopira, Dusun 1 Desa Batu, Kecamatan Pantar Timur, Alor-NTT yang dihadiri Camat Pantar Timur Ibrahim Dolu, SH., Kepala Desa Batu Situti Noor, RT/RW setempat, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Pemuda, Tokoh Masyarakat dan seluruh elemen terkait dalam rangka sosialisasi dan perencanaan pembangunan Rumah Adat/Pondok ataupun Lopo.
Diakhir pertemuan, Camat Pantar Timur Ibrahim Dolu, SH., Kepala Desa Batu Situti Noor, RT/RW setempat, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Pemuda, Tokoh Masyarakat bersama Badan Pengurus (BP) Sanggar Wadi Onong Tou Alang Tou Dekopira melihat lokasi yang tidak jauh dari pemukiman penduduk Dekopira untuk didesain menjadi sebuah Ikon Destinasi Wisata Kampung Budaya.
"Lahan harus bersih. (Nantinya) perkampungan adat, destinasi (wisata budaya) Adat dalam kampung. Paling tidak kita harus betul-betul siapkan kuliner (lokal di lokasi ini)," kata Camat Pantar Timur, Ibrahim Dolu, SH., saat meninjau lokasi yang akan disulap menjadi Ikon Wisata Kampung Budaya Dekopira.
"(Bakti Masyarakat) Ini gotong royong satu hari selesai," kata Kepala Desa Batu, Situti Noor., yang juga di lokasi yang sama.
Sementara itu, Badan Pengurus Sanggar Wadi Onong Tou Alang Tou Dekopira mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran para tamu undangan rapat dalam rangka Perencanaan Pembangunan Rumah Adat/Pondok ataupun Lopo untuk menunjang kegiatan Sanggar Budaya di Dekopira ini.
Secara khusus kepada Camat Pantar Timur, Bapak Ibrahim Dolu, SH dan Kepala Desa Batu, Bapak Situti Noor yang walaupun dalam suasana Ibadah Puasa di Bulan Ramadhan ini, namun bisa meluangkan waktu untuk hadir dalam kondisi siang panas.
Untuk diketahui, Kampung Dekopira terbentuk pada tahun 1520 di pedalaman pegunungan Pulau Pantar, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Kemudian di tahun 1975, masyarakat Dekopira bermigrasi atau berpindah ke lokasi yang saat ini ditempati yang tidak jauh dari pantai.
Dekopira juga dikenal masyarakat setempat dan sekitarnya, merupakan Kampung peradaban. Yang paling unik terkait memeluk agama. Saat ini, masyarakat Dekopira memeluk agama Kristen Protestan.
Sebelum memeluk Agama, di Dekopira juga ditemukan sebuah Al-Qur'an Tua terbuat dari Kulit Kayu yang ditemukan (Moyang) Kari Dasing di Dekopira ratusan tahun lebih yang lalu. (Moyang) Kari Dasing juga yang mengajarkan Syari'at di Desa Batu (Bakalang dan Tuabang) hingga saat ini Al-Qur'an tersebut berada di Tuabang, Dusun 2 Desa Batu, Kecamatan Pantar Timur, Alor-NTT.
Dalam perjalanan hingga pada tahun 1930, kemudian masyarakat memeluk Agama dengan cara undian berburu (babi dan rusa). Dengan hasil berburu mendapatkan babi, sehingga akhirnya memeluk Agama Kristen Protestan hingga saat ini. (Gie/SN)