Oleh: Albertus Mandur
OPINI - Warga Manggarai Barat, para pelaku pariwisata khususnya sedang serius memikirkan wacana kebijakan Pemerintah untuk menaikan harga ticket masuk ke Taman Nasional Komodo, dengan alasan konservasi akan hewan purba Komodo. Tidak tanggung-tanggung setiap pengunjung wajib membayar 3,7 juta rupiah kalo ingin melihat secara lansung hewan Komodo di habitatnya. Dan itupun belum termasuk dengan biaya oprasional lain dalam perjalannannya.
Menaikan harga ticket masuk ke Taman Nasional Komodo merupakan dalih untuk membatasi kunjungan wisatawan sehingga ekosistem hewan purba yang hanya ada di pulau Komodo, pulau Rinca serta dua pulau kecil lainnya tetap stabil. Lanjut lagi dengan harga ticket masuk yang tidak murah mengharuskan hanya tamu yang berduit banyak saja bisa mengunjungi kandang Komodo hewan langka didunia ini. Apakah itu syarat mutlak dari Konservasi itu sendiri?
Banyaknya media yang memberitakan kenaikan harga ticket masuk ke Taman Nasional Komodo setelah masa pandemi Covid-19 menghadirkan banyak polemik bagi pelaku pariwisata di Mabar, dan pastinya akan berimbas pada sektor perekonomian yang tidak kunjung pulih. Bagaimana tidak beberapa pelaku wisata mengaku adanya bookingan yang akhirnya dibatalkan karna harga ticket masuk yang mahal. Dan banyaknya bookingan yang batal itu sudah di beritakan dibeberapa media online akhir- akhir ini.
Dengan adanya wacana kenaikan harga ticket masuk ke Taman Nasional Komodo membuat para wisatawan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri membuat untuk berfikir dua kali dalam merencanakan liburannya ke pulau Komodo. Karna mereka harus merogoh kocek yang banyak, belum terhitung dengan biaya oprasional lain, seperti ticket pesawat, hotel, makan minum dan keperluan pribadi lainnya. Hal inilah sehingga pilihan terbaik dari para wisatawan beralih pilihan dengan pindah dan mengunjungi tempat lain, seperti wisata ke Bali yang relatif lebih murah.
Minimnya kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo membuat pelaku pariwisata, berusaha mencari jalan lain atau berusaha untuk membanting stir agar bisa bertahan dengan semua kebutuhan hidup ditengah kota super premium. Tapi apakah sebenarnya solusi dari KONSERVASI akan hewan purba itu dengan menaikan harga ticket? Ataukah tidak ada cara lain yang lebih bijak agar istilah konservasi itu tidak membawa duka bagi semua orang di Labuan Bajo dan sekitar khususnya.
Hal ini banyak menuai kritik keras dari setiap elemen masyarakat, kadang seribu saranpun keluar dari hasil pikiran mereka seperti:
1. Mereka berharap agar pemerintah mengeluarkan kebijakan adil hanya dengan membatasi wisatawan bukan dengan menaikan harga ticket masuk bagi para wisatawan yang mau mengunjungi Taman Nasional Komodo.
2. Pihak Pemerintah bekerjasama dengan pihak TNK agar sebaiknya memperbanyak jalur trecking, agar bisa diganti setiap bulannya. Atau setiap jenis jalur trecking baik short trecking, midel trecking dan long trecking untuk ditata dengan jumlah lebih dari satu. Misalnya kalau dalam bulan pertama jalur short tracking dilakukan ke arah utara, kemudian di bulan berikutnya jalur short tracking itu dipindahkan ke arah bagian selatan. Karna dengan cara yang bervariasi seperti itu, para wisatawan bisa melihat Komodo benar-benar asli berada pada ekosistemnya sendiri.
Dan hewan Komodo yang berada disekitar jalur trecking tetap berada seperti biasa pada ekositemnya dan tidak merasa terancam dengan banyaknya jumlah kunjungan wisatawan, karena sudah dibagi untuk mengikuti jalur trecking yang berbeda.
Dari beberapa solusi ini setidaknya bisa mengatasi agar ekosistem hewan purba ini tetap stabil, ditengah banyaknya wisatawan yang mau mengunjungi Taman Nasional Komodo. Sangatlah tidak seimbang jika semua elemen dengan semangat mempromosikan paket wisata ke pulau Komodo, tapi disisi lain harga tiket masuk kepulau Komodo sangat mahal dan ditambah lagi dengan keperluan lain selama berwisata ke kota super prememium ini.