Oleh: DONNY FACHREZY ASHAR, S.H
(KEPALA BIDANG LITIGASI LEMBAGA PENDAMPINGAN PEREMPUAN DAN ANAK BINA AISYAH)
Dulu Indonesia yang lebih tepatnya bisa kita sebut sebagai Nusantara harus melalui masa kelam ketika “diganggu” berbagai negara seperti Belanda, Inggris, Jepang, Portugis, Prancis, dan Spanyol. Pada masa itu rakyat Nusantara banyak dikelabui, diadu domba, dan dipaksa bekerja melalui berbagai sistem monopoli, tanam paksa, dan kerja paksa. Bahkan, ada sebutan bahwa Belanda menjajah Nusantara atau Indonesia selama kurang lebih 350 tahun ketika Indonesia belum bersatu sebagai Indonesia.
Dahulu perlawanan dari Nusantara melawan Belanda lebih banyak dilakukan secara fisik. Mengingat perang antara pihak Nusantara dengan Belanda bersifat kedaerahan, dalam arti masih mempertahankan daerah masing-masing. Misalnya Perang Makassar, Perang Diponegoro, Perang Padri, dan masih banyak lagi.
Belanda berhasil menekukkan lutut para pejuang Nusantara saat itu. Maklum, saat itu rakyat kita belum memiliki banyak pengetahuan soal persenjataan modern. Selain itu, Belanda juga dengan cerdik memboncengi rakyat Nusantara untuk memerangi kerajaan yang kuat. Contohnya pada Perang Makassar, Belanda mendukung Arung Palakka dan sekutunya untuk mengalahkan Kerajaan Gowa-Tallo yang saat itu dipimpin oleh Sultan Hasanuddin.
Pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 Presiden Seokarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan negara Indonesia di rumahnya yang berada di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Secara lantang, Soekarno membacakan naskah proklamasi yang telah dirumuskan semalam suntuk bersama para tokoh-tokoh proklamasi lainnya.
Dengan dibacakannya proklamasi, Indonesia menyatakan bahwa telah bebas dari belenggu penjajahan yang mengikat sejak ratusan tahun silam. Kabar gembira ini langsung disiarkan melalui berbagai media seperti radio, media cetak, hingga utusan daerah.
Peristiwa penting ini memang hanya berlangsung selama kurang lebih satu jam, tetapi telah membawa perubahan yang besar bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dijadikan sebagai tonggak pembaruan kehidupan bangsa Indonesia di segala aspek kehidupan.
Spirit ini semakin relevan di tengah kondisi bangsa kita yang tengah menghadapi dampak krisis ekonomi global akibat pandemi covid 19 dan secara paralel berjuang untuk memastikan tiga prioritas: Indonesia Sehat, Indonesia Bekerja, dan Indonesia Tumbuh dapat berjalan optimal pada tataran implementasi sehingga dipastikan dapat bersinergi guna bangkit dalam menggapai Indonesia Maju.
Indonesia Maju sejatinya merupakan representasi dari Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta simbolisasi dari Indonesia yang mampu memperkokoh kedaulatan, persatuan, dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, makna kemerdekaan tahun ini bukan hanya sebagai kata, tetapi sesungguhnya sebagai kesempatan bagi segenap anak bangsa.
Perkembangan situasi global yang kurang menguntungkan akibat dampak krisis ekonomi global yang menyebabkan naiknya barang-barang pokok. hendaknya dapat menjadikan kita semakin tangguh dalam menghadapi tantangan, mendorong kecepatan, Indonesia Bekerja, Indonesia Tumbuh dengan dukungan akselerasi transformasi digital mentranformasikan Indonesia Sehat, bersatu dalam keberagaman dan gotong royong guna bangkit untuk Indonesia Maju. Bangkit untuk Indonesia Maju yang menjadi tujuan kita bersama sudah tentu membutuhkan lompatan besar, utamanya dalam mendukung akselerasi serta upaya sungguh-sungguh dalam terus meningkatkan sinergitas dan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan segenap komponen bangsa ini.
Telah merdekanya NKRI ke-77 tahun lamanya, namun hingga saat ini masih banyak masyarakat di Indonesia masih merasa belum merdeka karena tidak terlepas dari belenggu garis kemiskinan dan negara yang mengeluarkan anggaran puluhan trilliun untuk pembangunan fasilitas umum tetapi masih sangat sulit untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Sebagai pemuda tentunya harus menjadi pelopor dalam kemajuan bangsa ini, jika bukan pemuda menjadi pelopor-pelopor dalam kemajuan bangsa maka harus bersiaplah penjajahan-penjajahan millenial terjadi yang dipelopori oleh bangsa asing yang masuk di Indonesia baik melalui bidang ekonomi, politik dan lainnya.
Dirgahayu ke-77 tahun Negeriku, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jayalah selalu Indonesiaku. Tetap patuhi protokoler kesehatan untuk Indonesia makin maju, merdeka dan bebas dari jajahan wabah pandemi Covid-19.