Iklan

https://www.serikatnasional.id/2024/10/blog-post.html

Iklan

,

Iklan

Setahun Wafatnya Sabam Sirait, Willem Wandik Sebut sebagai Pejuang Kebhinekaan di tengah Kemajemukan

@SerikatNasional
14 Okt 2022, 09:27 WIB Last Updated 2022-10-14T02:27:34Z


JAKARTA – Sabam Sirait merupakan pribadi yang tidak hanya visioner, tetapi juga konsisten dalam memperjuangkan semangat kebhinekaan di tengah kemajemukan bangsa. Oleh karena itu, walaupun Bang Sabam telah pergi meninggalkan kita semua namun beliau telah meninggalkan jejak perjuangan yang bisa dijadikan contoh bagi para generasi muda.


Pernyataan itu disampaikan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPP GAMKI) Willem Wandik dalam online event bertajuk ‘In Memoriam: Sabam Sirait di Mata Pemuda’. Kamis, 13 Oktober 2022.


“Indonesia membutuhkan sosok seperti beliau yang secara konsisten memperjuangkan kebinekaan, mengingat megara ini didirikan atas persatuan dari berbagai keberagaman baik suku, ras, agama, dan lainnya sebagainya yang harus tetap dirawat dalam bingkai 4 Pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD, NKRI, dan Bhineka Tunggal ika sebagai landasan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara,” tegas anggota DPR RI asal Papua ini.


Sabam Gunung Panangian Sirait, salah satu putera terbaik Indonesia, dipanggil Tuhan pada 29 September 2021. Walau meninggalkan duka, kepergiannya meninggalkan berjuta kenangan indah bagi banyak orang. Guna mengenang sosok dan kiprahnya, Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) menggelar webinar dimoderatori oleh Dodisutarma Lapihu.


Acara ini menghadirkan beberapa pembicara, antara lain Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly,  Wakil Menteri ATR/BPN RI Raja Juli Antoni, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Sunanto, Ketua Umum Pemuda Katolik Stefanus Asat Gusma, Ketua Umum Gema Mathlaul Anwar Ahmad Nawawi, serta Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda.


Sejak masa mudanya, Sabam Sirait sudah terlibat aktif dalam organisasi kepemudaan. Dari situlah pemikiran-pemikiran kritisnya terus diasah sebelum kemudian memantapkan diri masuk ke dunia politik. Pribadinya yang rendah hati, supel, dan tidak membeda-bedakan orang membuatnya disegani.


Yasonna Laoly menceritakan pertemuan-pertemuannya dengan Sabam Sirait meninggalkan banyak kesan berharga. Bahkan Sabam Sirait banyak membantunya di awal karirnya sebagai politikus.


“Bang Sabam yang mengajarkan kepada saya politik sebagai alat perjuangan. Sejatinya politik itu suci. Bersih. Tidak ada yang salah dengan politik. Kalau kemudian politik dipandang buruk, itu karena para politikus menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan,” kata mantan Ketua Cabang Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Medan ini.


Bila Yasonna punya pengalam berinteraksi secara pribadi dengan Saba Sirait, Raja Juli Antoni justru tidak memilikinya sama sekali. Wakil Menteri ATR/BPN RI ini mengaku hanya mengenal sosok Sabam sirait dari cerita orang. Salah satu hal yang diakuinya sangat disesali. Sekalipun demikian, ia tidak menyangkal bahwasanya Sabam Sirait adalah sosok yang patut diteladani. Salah satunya karena aktif mendorong keterlibatan kaum muda di kancah politik.


Raju Juli berpendapat, sekarang ini perpolitikan Indonesia dikuasai golongan tua, sedangkan kaum muda hanya sebagai lahan meraup suara. Kita harus mengakui bahwa saat ini banyak orang alergi dengan politik karena banyak politisi identik dengan suap, diskriminasi, dan berbagai hal negatif lain.


“Maka, sekaranglah saatnya kaum muda masuk dan mengubah wajah perpolitikan Indonesia. Kiranya dengan demikian Indonesia semakin maju,” kata politisi muda yang sedang naik daun ini.


Sementara itu Sunanto lebih menyoroti mengapa Sabam Sirait memiliki pandangan bahwa politik itu suci. Setelah mempelajari sosok Sabam Sirait, ia menyimpulkan pandangan tersebut muncul karena Sabam Sirait tidak memaknai politik sebagai profesi belaka. Melainkan panggilan hidup yang harus dijalani dengan penuh tanggungjawab. Tanggungjawabnya kepada Tuhan langsung.


“Pemaknaan tersebut yang membuat Sabam Sirait sedemikian konsisten hingga akhir hayat,” puji Cak Nanto, sapaan akrabnya.


Semasa hidup, Sabam Sirait pernah menulis beberapa buku. Di antaranya berjudul ‘Politik Itu Suci: Pemikiran dan Praktik Politik Sabam Sirait’ yang terbit pada tahun 2013.


Dalam buku tersebut, Sabam Sirait mengatakan bahwa generasi muda adalah bibit politik masa depan. Dari sini, Sabam mengajak kaum muda masuk mewarnai politik Indonesia. Pun Sabam mengaingatkan bahwa politik tidak harus dinyatakan secara praktis.


“Ada juga jalan-jalan sunyi yang bisa ditempuh. Lalu Sabam berbicara soal politik untuk melayani. Saya sependapat. Kita harus membangun politik dengan semangat pengabdian,” harap Stefanus Asat Gusma. Mengingat pemikiran-pemikiran serta kiprahnya, Ketua Umum Pemuda Katolik ini berharap Sabam Sirait bisa diperjuangkan menjadi pahlawan nasional.


Ketua Umum Gema Mathlaul Anwar Ahmad Nawawi, turut mengapresiasi kiprah nyata keteladanan Sabam Sirait. Sekalipun Sabam Sirait seorang Kristen, jiwa nasionalismenya tidak diam kala muncul sebuah film yang mengusik keyakinan umat Islam.


Ahmad masih ingat benar bagaimana Sabam Sirait terang-terangan mengecam keras film tersebut. Hal yang sama sekali tidak pernah diduganya. Ia menganggap kejadian itu bukti sahih perjuangan Sabam Sirait murni demi bangsa dan negara, bukan demi kepentingan kelompok atau golongan tertentu.


Sebagai pembicara terakhir, Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda kembali mengingatkan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini selalu memiliki dua sisi. Ada baik ada buruk, ada hitam ada putih, dan ada suci ada tidak suci.


“Orang harus memilih dengan tegas di sisi mana akan berdiri. Sabam Sirait sudah menentukan pilihannya dan konsisten hingga akhir. Sekalipun kemudian beberapa orang menganggapnya sikapnya kaku, Sabam Sirait memberi pesan kuat: Idealisme bukan sesuatu yang bisa ditawar-tawar,” tegas pengamat politik yang kerap menjadi referensi di berbagai perhelatan pesta demokrasi itu. (Theofilus)