JAKARTA - Pada akhir Juli 2022, saya sebagai salah satu ketua relawan Pendukung Jokowi diundang pertemuan dengan bapak Presiden Jokowi di Istana Bogor, biasanya Presiden Jokowi mengundang relawan pendukungnya apabila terjadi masalah yang krusial, seperti dulu saat Indonesia akan memulai vaksinasi menghadapi covid, Presiden Jokowi juga mengumpulkan relawan pendukungnya demi kesuksesan vaksinasi tersebut demikian yang dikatakan Whidi Wicaksono melalui keterangan tertulis yang diterima wartawan Jumat 7 Oktober 2022.
Lebih lanjut ia katakan Pada pertemuan dengan bapak Presiden tersebut, Presiden Jokowi menggarisbawahi bahwa "tahun ini (2022) akan menjadi tahun yang sulit, sedangkan tahun depan (2023) itu gelap gulita. " Hal demikian bukan isapan jempol, berawal dari pandemi covid yang melanda Indonesia sejak awal tahun 2020 telah menyebabkan pelambatan ekonomi yang signifikan, yang dampaknya sangat terasa buat kalangan dunia usaha, maupun di kalangan rakyat jelata.
Banyak perusahaan bertumbangan satu persatu, yang mana memulihkan dunia ekonomi akibat pelambatan ekonomi efek pembatasan covid ini butuh waktu bertahun-tahun. Pada akhir tahun 2022 ini, covid sudah tidak mulai seganas pada awal-awal pandemi dulu, meskipun pemerintah sudah mengingatkan bahwa ancaman covid masih ada, belum musnah sama sekali.
Dunia bersama-sama memasuki masa New Normal, hidup dengan kebiasaan baru, tetap memakai masker yang terbukti sukses memutus mata rantai covid. Vaksin 1, dan 2, serta vaksin booster juga terus digalakkan oleh pemerintah, tak boleh lengah, karena data menunjukkan mereka yang mendapat vaksin booster angkanya masih jauh dibawah target.
Perang Ukraina Versus Rusia
Di saat ekonomi dunia mulai bersemangat lagi memulihkan diri, tiba-tiba Rusia menyatakan perang terhadap Ukraina. Eropa protes dan menyiapkan segudang sanksi kepada Rusia. Rusia tak bergeming dan tetap pada rencananya menyerang Ukraina.
Presiden Jokowi sendiri adalah orang yang mengunjungi baik Ukraina dan Rusia di tengah perang, sehingga beliau tahu keadaan perang tersebut tidak akan selesai dalam waktu dekat. Setidaknya ada 2 hal akibat dari perang Rusia versus Ukraina yang berdampak kepada dunia : Krisis Energi dan Krisis Pangan. Apabila perangnya tidak selesai-selesai, maka krisis-krisis tersebut juga akan berkepanjangan.
Krisis energi ditandai dengan kelangkaan pasokan gas dan minyak Rusia kepada dunia akibat sanksi ekonomi, hal ini telah menyebabkan kelangkaan BBM dan harga BBM menjadi mahal seperti sudah terjadi di Indonesia. Ini belum membahas turunan dari naiknya harga BBM tersebut yang membuat naiknya variabel dari BBM tersebut seperti kenaikan tarif listrik, ataupun kelangkaan gas yang biasanya menyebabkan harga besi naik.
Sedangkan krisis pangan ditandai dengan kelangkaan pasokan gandum, akibat kesulitan distribusi akibat perang Rusia VS Ukraina. Harga mie mulai merangkak naik. Tidak hanya perusahaan yang bertumbangan seperti saat covid melanda, buntut dari krisis energi dan pangan ini, beberapa negara mulai kelihatan goyah ekonominya sampai ada yang bangkrut, contoh Srilangka, ataupun Inggris yang saat itu ditandai pertama kali dengan mundurnya Perdana Menteri, saat ini Inggris mulai menunjukan tanda-tanda resesi.
Ia mengutarakan bahwa Laporan Crisis response Group PBB menunjukkan ada 9 negara yang akan bangkrut diantaranya, Afganistan, Argentina, Mesir, Laos, Lebanon, Myanmar, Pakistan, Turki dan Zimbabwe. Sedangkan survei yang dilakukan oleh lembaga kajian ekonomi, Visual Capitalist, menyebutkan akan ada 25 negara yang menyusul terancam bangkrut, seperti : El Salvador, Ghana, Tunisia, Pakistan, Mesir, Kenya, Argentina, Ukraina, Bahrain, Namibia, Brasil, Angola, Senegal, Rwanda, Afrika Selatan, Costa Rika, Gabon, Morocco, Ekuador, Turki, Republik Dominika, Ethiopia, Colombia, Nigeria, dan Meksiko.
Ketahanan Pangan Rakyat Indonesia
Krisis Energi dan Pangan yang terjadi secara global ini sedikit banyak telah berdampak terhadap perekonomian Indonesia, harga BBM sudah naik, tarif transportasi naik, harga mie naik, dan sebagainya. Banyak yang menyangsikan bahwa nasib Indonesia terancam bangkrut seperti beberapa negara tersebut diatas, alasannya kita mempunyai stok bahan pangan yang cukup. Namun, tak ada salahnya bila menghadapi krisis global demikian, rakyat Indonesia harus bersiap mengencangkan ikat pinggang, berhemat, kalaupun wisata yang lokal saja. Menyusun skala prioritas, mana yang perlu atau bisa ditunda tahun-tahun berikutnya.
Bagi dunia usaha di Indonesia juga perlu perhitungan matang, setidaknya ekspansi bisnis perlu dipikir ulang, atau diferensiasi usaha di bidang yang cocok saat inflasi tinggi, toh saat pandemi covid dulu banyak usaha bertumbangan, namun usaha di bidang farmasi seperti jamu, obat-obatan, logistik dan bisnis berbasis online, serta usaha pendukung pendidikan daring mengenyam pundi-pundi yang tak sedikit.
Terakhir program ketahanan pangan rakyat perlu digalakkan, komoditi global yang harganya naik setidaknya dicarikan substitusi, perikanan rakyat dihidupkan, lahan kosong depan rumah ditanami singkong atau ketela. Mendekat pada akses distribusi bahan pangan, daerah semisal seperti Solo dan sekitarnya harga pangan relatif murah. Setidaknya badai besar di seluruh dunia, sampai di Indonesia terasa seperti angin sepoi-sepoi pungkasnya.
Widhi Wicaksono, SH.
Ketua Umum Gerakan Relawan Indonesia (GRI)
Relawan Pendukung Presiden Jokowi
(Tim/Red)