SUMENEP -Teroris sudah masuk Sumenep yang notabene masyarakat Islam yang kental dengan hadirnya pondok pesantren yang besar dengan kesohoran Kiai yang luar biasa harusnya bersih dari teroris.
Agus Hariyanto, ST, Ketua LBH CKS dan LSM GMAS mengatakan bahwa penangkapan jaringan teroris di Sumenep oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 sudah tepat. Sebab, memiliki data akurat berdasarkan data Badan Intelijen Negara (BIN).
Menurutnya, warga Sumenep yang ditangkap Densus 88 bukan mewakili pandangan keagamaan mayoritas warga setempat. Kelompok ini kecil di Sumenep meski tidak bisa dianggap remeh. Apalagi Madura secara umum memang masuk dalam skenario untuk dijadikan basis kelompok mereka.
Agus juga menambahkan "Sebelum melangkah lebih jauh, kita harus punya informasi akurat untuk menilai warga yang terpengaruh ajaran kelompok keras ini. Misalnya latar belakang pendidikan, pekerjaan, lingkungan sosial, kondisi ekonomi, dan seterusnya," ujarnya saat dikonfirmasi awak media, Kamis (03/11/2022).
Dalam dunia modern yang sangat terbuka saat ini kita harus lebih mawas diri, Interaksi warga begitu mudah karena infrastruktur transportasi dan kemudahan teknologi informasi yang sangat memungkinkan warga mempengaruhi dan dipengaruhi ideologi yang berbeda dengan keyakinan yang dipegang selama ini. Apalagi kelompok keras ini dikenal militan menyasar warga, terutama yang gagap memahami agama secara benar.
Ketua LBH CKS dan LSM GMAS ini menilai, penangkapan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang terpengaruh jaringan keras ini perlu dipertanyakan peran pemerintah daerah dan Kementerian Agama (Kemenag).
Seharusnya mereka memiliki data akurat kelompok yang dicurigai mengajarkan ajaran keras. Pasalnya, kelompok ini pasti memiliki tempat berkumpul entah itu kantor, sekretariat, pondok, lembaga pendidikan, yayasan dan lainnya.
"Kami rasa pemerintah daerah dan Kemenag pasti punya datanya. Persoalannya, apa yang sudah dilakukan mereka mengantisipasi penyebaran faham keras ini ? Hingga detik ini belum pernah ada usaha preventif membendung kelompok keras ini. Kami berharap, pemerintah daerah segera mengundang Ormas keagamaan untuk menyusun langkah-langkah antisipatif," harapnya.
Lebih lanjut, pemerintah daerah segera memotong donasi kelompok ini yang menurut informasi kotak amalnya beredar di warung dan toko di Kabupaten Sumenep.
"Bagaimanapun gerakan ini, butuh anggaran untuk menyebarkan fahamnya. Jika donasinya dibekukan, ini akan menyulitkan untuk bergerak," pinta Ketua LBH dan LSM di Sumenep itu.
Kami sebagai orang Sumenep yang cinta akan tanah kelahiran mewaspadai gerakan ini. Konsolidasi yang dilakukan selama ini hingga ke tingkat Kecamatan dan Desa merupakan langkah strategis untuk mewaspadai karena anggota kami tersebar di daerah sampai pelosok pinggiran kota.
Agus sebagai ketua LBH CKS dan LSM GMAS meyakini warga kita tak akan tertarik pada ajaran keras ini, Namun tidak ada salahnya kita selalu waspada agar teroris tidak berkembang di Sumenep ini," tandasnya. (Matlan)