Sumenep merupakan satu kabupaten yang berada di Pulau Madura. Kabupaten paling timur yang terdiri dari daratan dan kepulauan yang berjumlah cukup banyak. Selain dari segi geografis yang cukup unggul, Sumenep juga memiliki kebudayaan yang banyak dan menarik. Karena itu, masyarakat tidak pernah putus asa untuk terus bermimpi kemajuan kabupaten yang berjuluk Sumekar ini.
Terdapat beberapa mimpi prioritas yang diidam-idamkan oleh masyarakat Sumenep. Sebagian kecilnya akan dijelaskan di esai ini dengan struktur penulisan yang sederhana dan singkat namun padat. Karena harapannya, artikel bisa dibaca oleh seluruh masyarakat lintas kalangan baik dari yang non terpelajar maupun kalangan intelektual. Ini mimpi-mimpi yang dimaksud:
1. Menjadi Kabupaten Dengan Destinasi Wisata Rujukan
Kabupaten Sumenep dipenuhi dengan ratusan destinasi wisata yang menarik dan eksotis. Apalagi wisata alamnya yang masih asri dan senantiasa menawarkan keindahan panorama yang instagenik. Di sini, ada dua destinasi ikonik yaitu Pantai Lombang dan Pantai Slopeng. Sedangkan untuk wisata buatan ada Water Park Sumekar, Taman Tektona dan Bukit Tawaf.
Dengan keberadaan destinasi alam yang begitu luar biasa ini, memang seharusnya Sumenep menjadi basis wisata rujukan. Sehingga masyarakat luar tidak hanya mengenal Kota Batu Malang dan Surabaya saja, tetapi juga ada destinasi terbaik di Bumi Jokotole. Mimpi ini tidak mustahil untuk direalisasikan selama ada komitmen yang bagus dari seluruh stake holder. Termasuk senantiasa mempromosikan destinasi dengan persuasif dan komunikatif.
2. Masyarakat Melek Literasi
Sumenep seharusnya bangkit dari segi literasi masyarakat. Pasalnya, komunitas-komunitas yang bergerak di bidang ini bermunculan baik yang berbentuk lembaga bersama maupun lembaga personal. Bahkan, komunitas semacam ini telah berdiri sejak lama dan berdikari dengan konsisten demi mencerdaskan masyarakat terutama dari kalangan pemuda. Di sini ada Pangestoh Net_Think Community, Ruang Seni Kalonta, Language Teater, Rumah Literasi dan lain sebagainya.
Tentunya kemunculan komunitas semacam ini harus ditafsirkan sebagai suatu pembaruan pemikiran yang bagus. Pelakunya pun tidak boleh menjalankan segala programnya dengan setengah hati melainkan terus melahirkan karya-karya literasi yang konsisten. Karya yang sekiranya akan membuat Sumenep lebih mendapatkan banyak tepuk tangan.
Tidak akan menjadi sebuah mimpi, jika pertumbuhan komunitas literasi semacam ini terus dipertahankan dengan minat anggota yang jauh lebih besar. Paling tidak, kecerdasan masyarakat Sumenep dan Madura pada umumnya akan semakin meningkat. Kalau masyarakatnya sudah cerdas, maka secara otomatis wilayahnya akan didengungkan sebagai area kecerdasan.
3. Spiritualitas yang Semakin Khusuk
Sumenep tidak hanya layak disebut sebagai kota wisata dan kota kebudayaan, tetapi juga sudah mumpuni untuk disebut kabupaten spiritual. Pasalnya, di kabupaten ini bertumbuhan pondok-pondok pesantren baru, di tengah puluhan ponpes yang bisa dikatakan tradisional. Belum lagi situs religi yang juga masih tetap terawat dengan baik sampai saat ini, dengan jumlah peziarah cukup besar yang berdatangan dari luar Pulau Madura.
Dari analisis ini saja, maka bukan menjadi sebuah kemustahilan, jika mimpi Sumenep menjadi kota spiritual akan terbukti. Apalagi di sini, sosok ulama maupun kyai masih mendapatkan posisi yang tinggi di tengah-tengah masyarakat. Artinya segala wejangan tentang kehidupan yang lahir dari keilmuannya pun, akan diterima oleh segenap masyarakat dengan sami’na wa ato’na.
Jika spiritualitas masyarakat meningkat, maka otomatis perilaku-perilaku yang melanggar hukum syariat pun tidak akan terjadi lagi. Tentunya, ini harapan seluruh masyarakat yang senantiasa ingin berharap wilayahnya memiliki peradaban yang bagus. Namun ini tidak akan tercapai, jika jiwa spiritual masyarakat masih lemah.
4. Sumenep Didapuk sebagai Gudang-nya Kebudayaan
Kita senantiasa menggaungkan harapan agar para pemuda tetap melestarikan kebudayaan bangsa. Nah, Sumenep harus turut andil untuk merealisasikan mimpi tersebut mengingat kabupaten ini memiliki kebudayaan-kebudayaan yang luar baisa. Seharusnya ada lawan tanding yang sepadan ketika ada kebudayaan dari luar yang hendak masuk ke Bumi Sumekar.
Terutama yang sekiranya hanya akan merusak mental, akhlak dan kepribadian kalangan pemuda. Ingat, jika pemuda tidak lagi mengenal kebudayaan daerahnya, maka itu pertanda daerah tersebut secara idealis akan segera musnah. Makanya, bermimpilah agar para kawula muda ini tetap mencintai budaya dan kebudayaannya.
Di satu sisi, para pelaku budaya dan seniman di Sumenep pun terkenal getol untuk menjaga kebudayaan agar tetap lestari. Bahkan tidak jarang, mereka mengenalkan kebudayaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan kecil yang didanai sendiri. Nah, seharusnya keberadaan Dewan Kesenian Sumenep, bisa menjadi momentum untuk melakukan kegiatan berkebudayaan dan berkesenian yang lebih sistematis dan mengena.
5. Lahirnya Prestasi-Prestasi Pendidikan dan Olahraga
Sumenep bisa dibilang sebuah kabupaten paling ujung dari Pulau Madura. Namun, seharusnya dari sisi prestasi pendidikan dan olahraga harus bisa menjadi terdepan. Titik tolaknya sudah bermunculan, ketika anak-anak sekolah sudah banyak yang tampil di kejuaraan-kejuaraan nasional bahkan internasional.
Itu artinya, Sumenep memiliki sumber daya manusia yang siap mengangkat marwah di bidang pendidikan dan olahraga. Di sisi ini pula mimpi yang paling diinginkan ialah, Sumenep didapuk sebagai gudangnya prestasi yang diakui dan tidak terbantahkan. Namun, ini membutuhkan komitmen bersama, untuk senantiasa memotivasi generasi muda agar bersaing dengan lebih giat.
Akhirnya, tidak ada salahnya untuk bermimpi asalkan itu dijadikan dasar untuk bangkit dan merealisasikannya menjadi sebentuk karya yang nyata. Artinya adalah, masyarakat jangan selalu bermimpi tetapi, jadikan mimpi itu latar belakang kebangkitan. Dan Sumenep menyediakan berbagai instrumen untuk mempermudahnya.
Selanjutnya tergantung pemerintah dan masyarakat apakan ingin mewujudkan mimpi tersebut atau tidak. Di sini, komitmen diperlukan demi satu keyakinan, bahwa Sumenep harus merealisasikan mimpinya. Dan kesempatan ini harus diambil dengan cepat, sebelum direbut secara menyakitkan oleh kabupaten-kabupaten lain yang tidak dipungkiri pun mulai ikut berbenah. (Ags)