SUMENEP (SERIKAT) - Gelombang penolakan atas pembangunan tambak garam di Dusun Pakerbuy, Desa Gresik Putih, Kecamatan Gapura, yang disuarakan oleh sebagian warga Dusun setempat mulai dinilai diskriminatif atau tebang pilih.
Pasalnya, bangunan tambak garam yang berada disamping kiri dari obyek yang akan dibangun tambak garam beberapa hari yang lalu tidak pernah disorot oleh sebagian warga Dusun Pakerbuy.
Menurut Informasi, bangunan tambak garam tersebut sudah beroperasi selama bertahun-tahun.
Hal ini menimbulkan tanda tanya besar bagi masyarakat luas (publik), benarkah gerakan penolakan terhadap pembangunan tambak garam tersebut tujuannya untuk menjaga ekosistem laut?
Sementara hasil pantauan media di lapangan, luas lahan bangunan tambak garam yang sudah beroperasi tersebut luasnya mencapai puluhan hektare.
" Seharusnya, jika memang murni atas dasar ingin menjaga ekosistem laut, bangunan tambak garam tersebut disoal juga donk. Bukan hanya milik klien kami yang disoal. Ini kan tebang pilih namanya," kata Herman Wahyudi, SH., kepada sejumlah media, Senin (22/05).
Sebelumya, hal senada juga disampaikan oleh salah satu warga setempat yang diketahui bernama Bambang Heriyanto.
Menurutnya, apabila berbicara dampak lingkungan dan aturan RTRW maka semua tambak, baik rakyat atau PT garam juga bermasalah dan harus sama-sama diberhentikan, jangan tebang pilih atau timpang.
Selain itu, Bambang juga mengatakan apa yang disampaikan oleh pendemo beberapa hari yang lalu bahwa mayoritas warga Gersik Putih menolak keras pembangunan tambak garam di Dusun Pakerbuy hanyalah klaim semata.
" Tidak benar adanya. Itu hanya klaim semata. Apa yang disampaikan oleh pendemo adalah kebohongan. Tidak semua masyarakat Gersik putih menolak hal tersebut. Itu cacat karena sudah pencatutan," ujarnya, Minggu (21/05).
Bahkan lanjut Bambang, masyarakat Gersik Putih banyak yang mendukung pembangunan tambak garam tersebut. Karena sifatnya saling menguntungkan, baik kepada pemilik lahan, pengelola dan masyarakat Gersik Putih sendiri.
" Kita ini masyarakat Gersik Putih mayoritas adalah petani garam. Ada yang bekerja di PT garam maupun garam rakyat. Otomatis dengan adanya tambak tersebut maka makin besar terbukanya lapangan kerja di Gersik Putih," tambahnya.
Menurutnya, masyarakat Gersik Putih itu bergantung pada tambak garam bukan hasil laut. Sekalipun ada warga yang menjadi nelayan, yang dijadikan tempat mencari ikan oleh kebanyakan warga asli Gersik Putih itu adalah sungai ataupun waduk yang biasa kita sebut busem.
" Kalau sebagian yang penghasilannya disana tinggal diatur aja pembagian hasil melalui pemerintah desa, dan saya yakin pemerintah desa Gersik Putih selalu terbuka," tandasnya.
Sementara di lain sisi, Ahmad Siddiq saat dikonfirmasi melalui panggilan aplikasi watshapnya oleh awak media terkesan enggan memberikan penjelasan.
Dilansir forumkota.com, Ahmad Siddiq yang diketahui salah satu pemimpin sebagian warga Dusun Pakerbuy yang menolak pembangunan tambak garam di Dusun setempat itu enggan berkomentar dan meminta awak media untuk datang ke rumahnya.
" Suara sampean putus-putus mas. Sebaiknya sampean ke rumah saja," dalihnya.( TIM Investigasi)