Sumenep (Serikatnasional.id),-Penghambat perekonomian masyarakat khususnya di pedesaan adalah lambatnya pembangunan infrastruktur, hal ini ditandai dengan kurangnya kualitas dan kuantitas infrastruktur atau prasarana yang memadai.
Padahal Pemerintah Republik Indonesia telah menganggarkan kurang lebih 12 triliun untuk pembangunan jalan daerah setiap tahun untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Bahkan, Wakil Menteri Keungan Suahasil Nazara mengatakan, pada tahun lalu Pemerintah bahkan menambah anggaran sebesar Rp 14 triliun sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden (Inpres) No 3 Tahun 2023 tentang percepatan peningkatan konektivitas jalan daerah.
"Tahun lalu kita gelontorkan Rp 14 triliun kalau ditambah dengan Rp 12,5 yang dari Dana Alokasi Khusus (DAK), harusnya ini sudah membawa manfaat bagi masyarakat" kata Suahasil seperti dikutip Kontan.co.id
Berbeda dengan masyarakat Dusun Lenteng, Dusun Montorna dan Dusun Tanggulun, Desa Montorna, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep. Meski tidak ada anggaran perbaikan dari desa setempat, masyarakat bergotong royong memperbaiki jalan rusak yang menghambat laju perekonomian itu. Jumat (10/5/2024).
Pemuda desa setempat menyampaikan bahwa, akses jalan di Desa Montorna sangat ekstrem, sudah tidak layak dijadikan sarana lalu lalang transportasi apalagi saat musim hujan tiba, jalan penuh lubang akan tertutup genangan air.
Diakui, masyarakat desa menggalang donasi khusus warga yang menggunakan jalur ini. Bantuan yang diberikan bervariasi mulai dari uang, sumbangan semen, pasir dan barang lain yang bisa dijual seperti beras dan barang-barang berharga lainnya.
Dengan segala keterbatasan, pengerjaannya pun dilakukan oleh masyarakat, konsumsi untuk makan dan minum warga yang bekerja membawa bekal sendiri dari rumah masing-masing.
"Pengerjaannya mulai pagi hingga sore dengan menghabiskan 80 sak semen, 10 pick up pasir, itupun masih belum selesai," katanya dikutip Demarkasi.co
Parahnya, Titik jalan yang diperbaiki warga adalah akses jalan utama yang menghubungkan ke pusat kesehatan, pusat perbelanjaan dan akses anak-anak menuju lembaga pendidikan.
"Jalan dari kebun As Salam ke rumah kami itu sekitar 2 kilometer dan yang paling parah itu ada 5 titik. nah dari ke-5 titik tersebut diambil yang paling parah yakni di 4 titik," paparnya.
Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya sehingga masyarakat hanya mampu mengerjakan sekian titik akses jalan yang paling parah tingkat kerusakannya, masyarakat setempat hanya memperbaiki jalan yang ekstrem dilewati.
Aktivis dan tokoh muda ini menyebut, bahwa akses ini menjadi penghubung tiga dusun yakni dusun Lenteng, dusun Montorna dan dusun Tanggulun. Dari kebun As Salam An Nuqayah ke lokasi Embung air.
"Bagaimana kalau ada orang mau melahirkan dan mau dibawa ke rumah sakit sedangkan jalan menuju pusat kesehatan sudah tidak layak," imbuhnya.
Untuk diketahui bahwa di dusun ini terakhir ada perbaikan jalan di awal tahun 2019 silam, itupun kata warga, hanya 500 meter dan sampai hari ini tidak ada lagi sentuhan pembangunan infrastruktur. Nasyarakat berharap, desa Montorna memiliki akses jalan yang baik dan bagus.
"Ya harapnnya, bagaimana di desa kami kembali ada kegiatan perbaikan infrastruktur jalan, baik dari dinas terkait, pemerintah daerah, kecamatan maupun dari pihak desa Montorna," pungkasnya.
Hingga berita diterbitkan, media ini belum mendapat akses informasi dari pihak Pemerintah Desa Montorna, Kecamatan Pasongsongan. (Ras/red)