,

Iklan

Iklan

Kritik Terhadap Pilwali Surabaya 2024: Demokrasi yang Terancam oleh Bumbung Kosong

SerikatNasional
4 Sep 2024, 15:59 WIB Last Updated 2024-09-04T08:59:37Z

 


SURABAYA, SERIKATNASIONAL.ID| Pemilihan Wali Kota Surabaya tahun ini menghadirkan situasi yang memprihatinkan bagi demokrasi lokal. Dengan hanya satu pasangan calon, Eri Cahyadi dan Armuji, yang maju dalam Pilwali Surabaya 2024, masyarakat dihadapkan pada pilihan yang sangat terbatas: memilih pasangan calon tunggal atau bumbung kosong.


Fenomena bumbung kosong ini mencerminkan kegagalan partai politik dalam menyediakan alternatif pemimpin yang berkualitas. Aliansi Relawan Surabaya Maju bahkan telah mendeklarasikan dukungan mereka untuk bumbung kosong sebagai bentuk protes terhadap partai politik yang tidak mampu mengusung calon yang kompeten1.


Pengamat politik dari Universitas 17 Agustus Surabaya, Dia Puspitasari, S.Sosio., M.Si., menyebutkan bahwa ada tiga faktor utama yang menyebabkan munculnya calon tunggal di Pilwali Surabaya: keputusan Mahkamah Konstitusi terkait ambang batas pencalonan, kekuatan dominan pasangan calon petahana, dan kegagalan partai politik dalam menyediakan stok pemimpin daerah yang berkualitas2.


Situasi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa demokrasi di Surabaya sedang terancam. Dengan hanya satu pasangan calon, pemilih tidak memiliki pilihan yang berarti, yang pada akhirnya dapat mengurangi partisipasi pemilih dan merusak kepercayaan publik terhadap proses demokrasi.


"Masyarakat Surabaya diharapkan tetap kritis dan aktif dalam mengawasi jalannya Pilwali ini. Partisipasi aktif dari warga kota sangat penting untuk memastikan bahwa proses demokrasi berjalan dengan baik dan menghasilkan pemimpin yang benar-benar mewakili kepentingan rakyat." Tegas Dia. 


Pemilihan Wali Kota Surabaya yang hanya diikuti oleh satu pasangan calon, Eri Cahyadi dan Armuji, melawan bumbung kosong, menimbulkan beberapa kritik yang perlu diperhatikan. Hal itu menghadirkan sejumlah tantangan yang perlu mendapat perhatian serius. Salah satu isu utama adalah munculnya calon tunggal, pasangan Eri Cahyadi dan Armuji, yang didukung oleh 18 partai politik. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran tentang kualitas demokrasi di Surabaya. Bahkan Eks DPP GMNI itu memberikan uraian situasi akibat pilwali surabaya yang hanya satu paslon. 


  1. Demokrasi yang Terbatas: "Pemilihan dengan calon tunggal melawan bumbung kosong sering kali dianggap sebagai bentuk demokrasi yang terbatas. Masyarakat tidak diberikan pilihan yang beragam, sehingga esensi dari demokrasi, yaitu kebebasan memilih, menjadi kurang terasa."
  2. Kurangnya Alternatif: "Situasi ini mencerminkan kurangnya alternatif pemimpin yang dianggap layak oleh partai politik. Hal ini bisa disebabkan oleh dominasi satu pasangan calon yang terlalu kuat atau kegagalan partai politik dalam menyiapkan kader-kader yang kompeten."
  3. Potensi Ketidakpuasan Publik: "Adanya deklarasi dari Aliansi Relawan Surabaya Maju yang mendukung bumbung kosong menunjukkan adanya ketidakpuasan publik terhadap partai politik yang tidak mengusung calon alternatif. Ini bisa menjadi sinyal bahwa masyarakat menginginkan perubahan atau setidaknya pilihan yang lebih beragam."
  4. Tantangan bagi Calon Tunggal: "Meskipun Eri Cahyadi dan Armuji didukung oleh banyak partai, mereka tetap harus bekerja keras untuk memenangkan hati masyarakat. Melawan bumbung kosong bukanlah hal yang bisa dianggap remeh, karena jika bumbung kosong menang, pemilihan harus diulang." 
  5. Kualitas Kepemimpinan: "Kritik juga bisa diarahkan pada kualitas kepemimpinan yang ditawarkan. Jika hanya ada satu pasangan calon, masyarakat mungkin meragukan apakah mereka benar-benar yang terbaik atau hanya pilihan yang tersedia karena kurangnya kompetisi."
  6. Minimnya Pilihan bagi Pemilih: "Dengan hanya satu pasangan calon yang maju, pemilih tidak memiliki alternatif yang memadai untuk mengekspresikan preferensi politik mereka. Hal ini dapat mengurangi partisipasi pemilih dan menurunkan kualitas demokrasi lokal."
  7. Kegagalan Partai Politik: "Partai politik di Surabaya tampaknya gagal dalam menjalankan peran mereka sebagai pilar demokrasi. Mereka tidak berhasil menghadirkan calon-calon pemimpin yang beragam dan kompeten, yang seharusnya menjadi pilihan bagi masyarakat."
  8. Potensi Kemenangan Kotak Kosong: "Dukungan terhadap kotak kosong muncul sebagai bentuk protes terhadap situasi politik saat ini. Meskipun gerakan ini mungkin tidak signifikan dalam hal perolehan suara, namun mencerminkan ketidakpuasan masyarakat terhadap dinamika politik yang ada." 
  9. Dampak pada Demokrasi Elektoral: "Situasi ini tidak sehat bagi demokrasi elektoral di Surabaya. Idealnya, pemilihan kepala daerah harus menjadi ajang adu gagasan dan visi antara calon-calon yang kompeten. Dengan adanya calon tunggal, kesempatan untuk debat politik yang konstruktif menjadi hilang."


Sedangkan partai politik pendukung Eri Cahyadi dan Armuji menyatakan optimisme mereka dalam menghadapi Pilwali Surabaya 2024, meskipun hanya melawan kotak kosong. Koalisi yang terdiri dari 18 partai politik, termasuk PDI Perjuangan, PAN, PKS, PKB, PPP, Demokrat, Gerindra, Golkar, NasDem, dan PSI, serta partai non-parlemen seperti Hanura, PBB, PKN, Partai Garuda, Gelora, Partai Ummat, Perindo, dan Partai Buruh, menunjukkan dukungan penuh mereka12.


Mereka menekankan bahwa dukungan yang solid ini mencerminkan kepercayaan yang tinggi terhadap kepemimpinan Eri Cahyadi dan Armuji. Selain itu, mereka yakin bahwa pasangan ini memiliki visi dan program yang jelas untuk melanjutkan pembangunan di Surabaya


Dilain sisi, Eri Cahyadi menegaskan bahwa fokus utamanya adalah membangun Surabaya secara bersama-sama. “Saya hanya ingin membangun Surabaya secara bersama-sama,” ujar Eri saat ditemui usai menghadiri sidang paripurna DPRD Surabaya. Ia juga menekankan pentingnya kerja sama dengan wakilnya, Armuji, dalam menjalankan pemerintahan. “Tidak ada one man show. Insyaallah kalau membangun Surabaya secara bersama, Surabaya akan semakin sejahtera,” tambahnya


Eri juga menyatakan bahwa semangat membangun Surabaya bersama-sama adalah kunci untuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh warga kota. “Insyaallah kalau membangun Surabaya secara bersama, Surabaya akan tambah sejahtera. Wis pokok mbangun Suroboyo sejahtera,” tambahnya2.


Dengan elektabilitas yang tinggi dan dukungan yang kuat, Eri Cahyadi optimis dapat memenangkan Pilwali Surabaya 2024, meskipun harus melawan bumbung kosong.


(Rb).

RECENT POSTS