Sumenep, Serikatnasional.id | MH Said Abdullah, salah satu politikus PDI Perjuangan asal kota Sumenep yang saat ini menjabat sebagai Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, mengucapkan keprihatinannya yang begitu mendalam atas kasus kekerasan yang menimpa Muhammad Noeruddin (52), seorang guru honorer di Sumenep, Madura, Jawa Timur. Insiden ini menjadi sorotan publik setelah sepeda motor milik Noeruddin dibakar oleh seorang pemuda pada 13 Januari 2025.
Dalam kabut duka yang menyelimuti Sumenep, Madura, terselip kisah yang menggugah hati.
Muhammad Noeruddin (52), seorang guru honorer yang telah mengabdikan dirinya selama 30 tahun, menjadi korban kekerasan yang menyayat nurani. Nasibnya menjadi potret buram perjuangan seorang pendidik di tengah keterbatasan.
Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, MH Said Abdullah, mengungkapkan rasa keprihatinan mendalam atas insiden yang menimpa Noeruddin. Pernyataannya MH. Said di Gedung Putih Sumenep, menekankan pentingnya memberikan perhatian lebih kepada nasib guru honorer, terutama mereka yang telah mengabdi untuk negeri selama puluhan tahun. Ia juga menilai kejadian ini adalah cermin dari realitas pahit yang dialami guru honorer di tanah air.
"Pak Noeruddin ini telah mengabdikan hidupnya untuk pendidikan selama tiga dekade. Saya terenyuh melihat kondisinya. Pendapatan guru honorer itu sangat minim, bahkan sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kasus ini bukan hanya tentang kekerasan, tetapi juga soal bagaimana kita memperlakukan mereka yang seharusnya menjadi pahlawan tanpa tanda jasa," kata Said Abdullah, Selasa (28/1/2028), di Gedung Putih Sumenep.
Pihaknya mengaku perhatian dan empati publik tidak cukup berhenti pada santunan sesaat. Bahkan, ia mendesak pemerintah daerah, khususnya Bupati Sumenep, untuk mencari solusi jangka panjang yang dapat mengubah nasib para guru honorer seperti Noeruddin.
"Oleh karena itu, saya mengimbau kepada pemerintah daerah, carilah jalan keluar. Apa yang bisa dilakukan untuk memberikan harapan dan kepastian bagi beliau dan guru-guru lainnya. Kita tidak boleh membiarkan ini berlalu begitu saja," tegas Said.
.
"Kita harus menunjukkan bahwa Madura adalah tanah yang damai. Kekerasan tidak menyelesaikan masalah, justru merusak citra kita sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai harmoni," imbuhnya.
Ketua DPP PDI-P Jawa Timur juga memberikan apresiasi kepada Polres Sumenep yang bergerak cepat menangani kasus ini.
Pelaku berinisial AQ (19), warga Dusun Bugis, Desa Pajanangger, Kecamatan Arjasa, kini telah diamankan. AQ dijerat dengan sejumlah pasal, termasuk Pasal 406 KUHP tentang pengrusakan barang dan Pasal 2 Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang kepemilikan senjata tajam tanpa izin.
Dalam pertemuan itu, Said Abdullah tidak hanya datang membawa kata-kata. Ketua DPC Banteng Muda Indonesia periode 1982-1985 juga menyalurkan bantuan berupa satu unit sepeda motor Honda Beat dan uang tunai Rp15 juta kepada Noeruddin. Namun, ia menggarisbawahi bahwa bantuan tersebut bukanlah solusi permanen.
"Ini bentuk kepedulian saya sebagai anak Madura, tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita semua, termasuk pemerintah daerah, merumuskan kebijakan yang bisa memastikan kejadian seperti ini tidak terulang lagi," ujarnya.
Kisah Muhammad Noeruddin adalah simbol perjuangan seorang guru yang sering kali terabaikan. Ia menjadi saksi hidup bahwa dunia pendidikan di Indonesia masih penuh dengan tantangan.
"Semoga kita semua dijauhkan dari kekerasan, terutama terhadap guru. Mari kita jadikan peristiwa ini pelajaran untuk lebih peduli kepada mereka yang telah mengorbankan hidupnya demi mencerdaskan anak bangsa," pungkas Said.
Insiden yang terjadi pada Senin (13/1/2028) di Kecamatan Arjasa ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap guru honorer, terdapat cerita pengabdian yang penuh peluh dan air mata.
Kini, harapan Noeruddin dan ribuan guru honorer lainnya ada di tangan kita: apakah kita memilih peduli atau membiarkan mereka terus melangkah sendiri di tengah badai kehidupan. (****)