Sumenep, Serikatnasional.id | Sebuah momen tak biasa hadir di Caf Malaka, Sumenep, pada Jumat malam (24/1/2025). Pameran sketsa dan puisi bertajuk “Lembar Goresan Malaka” menjadi saksi bagaimana seni melampaui batas-batas fisik dan sosial, menghadirkan keindahan yang tidak hanya berasal dari pelukis dan penyair, tetapi juga dari mereka yang sedang menjalani masa pembinaan di balik jeruji besi.
Inisiatif yang digagas oleh pegiat seni lokal, Jon Ochez Sumantri, ini menghadirkan karya-karya bernilai artistik dari seniman seluruh Madura. Namun, daya tarik utama malam itu adalah partisipasi Rutan Sumenep, yang membawa karya puisi salah satu warga binaannya untuk dipamerkan sejajar dengan para maestro seni lainnya. Tak berhenti di situ, produk batik tulis hasil pembinaan di rutan juga turut memeriahkan acara.
Kepala Rutan Sumenep, Ridwan Susilo, yang hadir langsung dalam pembukaan, menyampaikan kebanggaannya atas terlibatnya karya warga binaan dalam pameran ini. Dalam seremoni yang ditandai dengan pemotongan pita, Ridwan menekankan pentingnya seni sebagai jalan pembebasan ekspresi.
“Seni adalah bahasa universal yang mampu menyatukan kita, terlepas dari latar belakang. Karya-karya yang hadir di sini, termasuk dari warga binaan, adalah bukti bahwa kreativitas tidak mengenal batas. Kami di Rutan Sumenep terus berupaya menjadikan pembinaan sebagai alat untuk mendorong lahirnya potensi terbaik dalam diri mereka,” kata Ridwan Susilo dalam keterangan tertulis, Sabtu (25/01/2025)
Pameran “Lembar Goresan Malaka” bukan hanya sebuah ruang apresiasi, tetapi juga menjadi panggung kolaborasi. Kehadiran karya warga binaan di tengah karya seniman profesional menciptakan harmoni yang menginspirasi dan menggugah. Pesan bahwa seni dapat menjadi medium perubahan, penyembuhan, dan pemberdayaan terlihat jelas melalui rangkaian sketsa dan puisi yang dipamerkan.
Tidak hanya menyuguhkan estetika, acara ini juga membuka ruang dialog antar generasi dan komunitas seni di Madura. “Ini adalah pengingat bahwa di balik setiap karya ada kisah yang ingin disampaikan, dan malam ini kita semua adalah pendengar kisah itu,” ujar Jon Ochez Sumantri dalam sambutannya.
Pameran ini menyisakan kesan mendalam bagi para pengunjung, yang memenuhi venue hingga larut malam. Dengan penuh semangat, acara ini mencerminkan bagaimana seni dapat menjadi jembatan bagi berbagai kalangan, bahkan dari tempat yang sering dipandang sebelah mata.
Seni, pada akhirnya, tidak hanya berbicara tentang keindahan, tetapi juga peluang untuk mengubah hidup. Dan di tengah gemuruh tepuk tangan yang mengiringi pembukaan, satu hal menjadi jelas: seni memang tidak pernah mengenal dinding penghalang. (Red)