Iklan

https://www.serikatnasional.id/2024/10/blog-post.html

Iklan

,

Iklan

GMNI Go To Hell With Your Tariff: Jalan Politik Non-Blok dan Wujudkan Trisakti

SerikatNasional
11 Apr 2025, 08:34 WIB Last Updated 2025-04-11T01:35:05Z


Jakarta, Serikatnasional.id | Dalam semangat memperingati 70 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 di Bandung, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Jakarta Raya menggelar aksi serentak di Kedutaan Besar Amerika Serikat dan China, serta di depan Istana Negara.


Aksi ini merupakan bentuk penolakan terhadap praktik neo-kolonialisme dan imperialisme modern yang dibungkus dengan jargon demokrasi, HAM, dan liberalisasi perdagangan global.


Konferensi Asia Afrika 1955 dihadiri 29 negara Asia-Afrika dan menghasilkan Dasasila Bandung—piagam moral perjuangan negara-negara dunia ketiga dalam menghadapi dominasi Blok Barat dan Blok Timur. Namun, GMNI menilai bahwa kolonialisme hari ini tidak mati, melainkan berganti wajah melalui dominasi tarif, perdagangan global, dan campur tangan asing dalam urusan domestik bangsa-bangsa berkembang.



AS menyalahkan Rusia atas jatuhnya pesawat tak berawak di Laut Hitam, Moskow menyangkal

GMNI menyoroti:


Kebijakan tarif sepihak oleh AS di era Trump sebagai bentuk post-modern imperialisme.


Dominasi China dalam bentuk state capitalism yang tetap berwatak ekspansif meski berbaju negara.


Keduanya merupakan manifestasi kapitalisme global yang ingin mendikte arah ekonomi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.


Tuntutan GMNI Jakarta Raya:


Tolak kebijakan tarif ala Trump yang tidak menghargai kedaulatan ekonomi negara lain.


Tolak intervensi asing dalam urusan politik dan ekonomi domestik Indonesia.


Tolak praktik neo-kolonialisme dan liberalisme pasar bebas yang mengorbankan rakyat.


Desak pemerintah untuk mengambil posisi politik non-kooperatif terhadap kebijakan diskriminatif AS.


Prioritaskan ekonomi berdikari dan ekonomi kerakyatan sesuai amanat Pasal 33 UUD 1945.


Percepat reformasi hukum melalui RUU Polri dan KUHP untuk membasmi korupsi, kolusi, dan nepotisme.


Habisi oligarki ekonomi-politik yang mengeksploitasi kekayaan nasional.


Boikot ekspor produk strategis ke AS seperti CPO, alas kaki, garmen, dan hasil laut sebagai bentuk perlawanan terukur.


Boikot impor pangan dari AS seperti daging sapi, susu, dan jagung untuk memperkuat ketahanan pangan dalam negeri.


Dorong diplomasi aktif berbasis semangat KAA, membangun aliansi baru yang setara dan berimbang.


Akselerasi transaksi lintas mata uang lokal dan eksplorasi teknologi keuangan digital untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Sesuai Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.


Jika pemerintah saat ini tidak berani mengambil langkah tegas demi menjaga kedaulatan bangsa, maka saatnya generasi muda bangkit dan menyuarakan: “POTONG SATU GENERASI!”


“Kita kerap diberi tahu bahwa kolonialisme itu sudah mati. Jangan tertipu. Kolonialisme belumlah mati. Ia berganti rupa—dalam pengendalian ekonomi, intelektual, dan fisik oleh segelintir komunitas asing di negeri kita.” Bung Karno.


Pejuang Pemikir – Pemikir Pejuang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Jakarta Raya.


Editor: D.Wahyudi